Senin, 15 Desember 2014

LINGKUNGAN DAN KONTEKS DALAM KEBIJAKAN KESEHATAN

dalam segi tiga sistem kebijakan yang dikebangkan Dunn (1994), unsur lingkungan menjadi nsur di antara unsur segitiga kebijakan lainnya. aktor dan konten kebijkan yang saling mempengaruhi. dalam terminologi segitiga kebijakan kesehatan yang dikebangkan Walt dan Gilson (1994) aspek lingkungan dimaknai sebagai konteks. kedua istilah tersebut memiliki peran yang hampir sama, yaitu memberi pengaruh pada sistem dan kebijakan kesehatan, akan tetapi berbeda dalam hal penggunaan atau cara pandangnya di dalam suatu analisis kebijakan kesehatan.

Jumat, 07 November 2014

MASALAH POKOK PEMBIAYAAN KESEHATAN

Ditinjau dari sudut pembiayaan masalah pokok pembiayaan kesehatan secara sederhana dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. kurangnya dana yang tersedia
di negara yang sedang berkembang dana yang disediakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan tidaklah memadai. rendahnya alokasi anggaran dikarenakan masih kurangnya kesadaran pengambilan keputusan akan pentingnya arti kesehatan. kebanyakan dari pengambil keputusan menganggap pelayanan kesehatan bersifat konsumtif bukanlah produktif dan karena itu kurang diprioritaskan. contoh di Indonesia dana kesehatan yang disediakan hanya 2,5% dari total anggaran belanja negara.
2. penyebaran dana yang tidak sesuai
penyebaran dana kesehatan justru beredar diperkotaan bukan dipedesaan. pada hal jika ditinjau dari penyebaran penduduk, kebanyakan bertempat tinggal di daerah pedesaan.
3. pemanfaatan dana yang tidak tepat.
pemanfaatan dana yang tidak tepat hal ini merupakan salah satu masalah yang dihadapi dalam pembiayaan kesehatan. kebanyakan biaya pelayanan kedokteran lebih tinggi dari pada pelayanan kesehatan masyarakat. 

SUMBER BIAYA KESEHATAN

Secara umum sumber biaya kesehatan dapat dibedakan atas dua macam yakni:
1. seluruhnya bersumber dari anggaran pemerintah


2. sebagian ditanggung oleh mayarakat

Jenis biaya Kesehatan
Biaya kesehatan banyak macamnya, semua tergantung dari jenis dan kompleksitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dan atau yang dimanfaatkan. maka biaya kesehatan secara umum dapat dibedakan atas dua macam yaitu:
1. biaya pelayanan kedokteran
biaya untuk penyelenggaraan dan atau memanfaatkan pelayanan kedokteran, yaitu tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta untuk mencegah penyakit.
2. biaya pelayanan kesehatan masyarakat
untuk biaya menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat, yaitu untuk memeliahara dan meningkatkan kesehatan serta untuk mencegah penyakit sebagai tujuan utamanya.

Selasa, 01 Juli 2014

LAPORAN PBL III DESA WARINTA



BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang penduduknya hidup dalam lingkungan sehat dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memilliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Keadaan masyarakat di masa depan atau visi pembangunan kesehatan ini dirumuskan sebagai visi Indonesia Sehat  2015. Untuk dapat mewujudkan visi tersebut, ditetapkan empat misi pembangunan kesehatan yaitu:
1)    Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan,
2)    Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat,
3)    Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau,
4)    Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.
Sampai saat ini, bangsa Indonesia masih tetap berjuang memerangi berbagai macam penyakit infeksi dan kurang gizi yang saling berinteraksi satu sama lain, yang menjadikan tingkat kesehatan masyarakat Indonesia tidak kunjung meningkat secara signifikan. Oleh karena itu, semua pihak baik pemerintah, swasta, lembaga pendidikan maupun masyarakat harus bekerja cerdik dan memperkuat networking untuk menuntaskan masalah kesehatan diatas, agar supaya visi indonesia Sehat 2015 dapat terwujud.
Pertumbuhan penduduk perkotaan maupun pedesaan di Indonesia mengalami tingkat eskalasi pertumbuhan yang tinggi dan pertumbuhan ini akan berlangsung terus dengan percepatan tinggi. Tingkat pertumbuhan penduduk yang cepat akan menambah beban yang tidak ringan bagi suatu wilayah dalam penyiapan infrastruktur baru, seperti pendidikan, kesehatan, serta pelayanan-pelayanan lainnya, sehingga keadaan ini juga akan lebih menambah beban bagi pemerintah.
Salah satu beban yang timbul adalah limbah padat atau sering disebut sampah, sampah sebagai barang sisa yang tidak terpakai baik padat ampun cait pada manusia, sehingga dengan demikian apabila masalah sampah ini tidak dapat dikelola dengan baik maka otomatis akan menyebabkan penurunan kualitas lingkungan yang selanjutnya akan mengancam kehidupan manusia itu sendiri.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Dayanu Ikhsanuddin  yang merupakan sebuah institusi pendidikan kesehatan mempunyai komitmen moral untuk mendukung pencapaian Indonesia Sehat 2015 melalui proses pembelajaran di masyarakat dengan kegiatan  Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) yang akan dilakukan upaya pemberdayaan masyarakat dengan cara pembelajaran yang terorganisasi dengan baik melalui proses fasilitasi dan pendampingan kepada masyarakat dalam rangka mengantar masyarakat untuk mampu mandiri dan kemudian dilepas untuk mandiri, meskipun dari jauh tetap dipantau agar tidak jatuh lagi, yang dilakukan melalui pemeliharaan semangat kondisi dan kemampuan secara terus menerus supaya tidak mengalami kemunduran.
Pendampingan merupakan kegiatan untuk membantu individu maupun kelompok yang berangkat dari kebutuhan dan kemampuan kelompok yang didampingi dengan mengembangkan proses interaksi dan komunikasi dari, oleh dan untuk anggota kelompok serta mengembangkan kesetiakawanan dan solidaritas kelompok dalam rangka tumbuhnya kesadaran sebagai manusia yang utuh, sehingga dapat berperan dalam kehidupan masyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Kegiatan pendampingan dan fasilitasi sebagai upaya pemberdayaan masyarakat diarahkan kepada : a) pengidentifikasian masalah dan sumber daya; b) diagnosis dan perumusan pemecahan masalah; c) penetapan dan pelaksanaan pemecahan; d) pemantauan dan evaluasi program.
Mahasiswa FKM Unidayan hadir di masyarakat sebagai change agent di masyarakat yang akan melakukan pendampingan dengan memberikan alternatif, saran dan bantuan konsultatif (peran konsultatif dan partisipatif) terhadap masalah kesehatan yang dialami oleh masyarakat dengan melakukan kemitraan dengan instansi setempat untuk mendukung proses pelaksanaan  pembelajaran di masyarakat. Sehingga dengan demikian jika di rinci peran mahasiswa sebagai pendamping di masyarakat adalah :
a)    Peran motivator yaitu menyadarkan dan mendorong kelompok untuk mengenali potensinya untuk memecahkan permasalahan yang dialami oleh masyarakat;
b)    Peran fasilitator yakni bertanggung jawab untuk menciptakan, mengkondisikan iklim kelompok yang harmonis, serta memfasilitasi terjadinya proses saling belajar dalam kelompok
c)    Peran katalisator melakukan aktivitas sebagai penghubung antara kelompok pendampingan dengan lembaga di luar kelompok maupun lembaga teknis lainnya, dalam rangka pengembangan jaringan.
Peran-peran pendamping tersebut hanya akan dapat dilaksanakan secara maksimal jika pendamping memahami kelompok yang didampinginya, karena itu pendamping diupayakaan dapat hadir ditengah mereka, hidup bersama mereka, belajar dari apa yang mereka miliki belajar dari apa yang yang mereka ketahui.
Untuk pertama kalinya FKM Unidayan melaksanakan PBL dengan melakukan pendampingan masyarakat yang berbasis  wilayah pedesaan, dengan memilih suatu wilayah sebagai lab Site dari semua kegiatan FKM berbasis masyarakat, yang menekankan kepada aspek kemandirian masyarakat. Sehingga diharapkan dukungan semua pihak (pemerintah dan masyarakat) untuk mewujudkan program pembelajaran FKM Unidayan di masyarakat dalam rangka membangun kesehatan masyarakat yang syarat sebagai suatu investasi yang sangat berharga untuk masa depan bangsa.
B.   Tujuan PBL
1.    Tujuan umum
Mampu melakukan analisis situsasi melalui identifikasi, merumuskan dan memecahkan serta mengevaluasi masalah kesehatan masyarakat.
2.    Tujuan khusus
a.   Mampu mengevaluasi program.
b.   Mampu merekonstruks program.
c.   Mampu memberikan rekomendasi untuk kesinambungan program.
C.   Manfaat PBL
Dengan melakukan PBL III, mahasiswa dapat mengambil manfaat sebagai berikut :
a.    Dapat melakukan evaluasi terhadap program yang telah dilaksanakan.
b.    Dapat memberikan rekomendasi untuk kesinambungan program berbasis masyarakat.
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI
A.   Keadaan Geografi dan Demografi
  1. Keadaan Geografis
Desa Warinta merupakan desa yang terletak di Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton, dimana desa Warinta ini merupakan daerah pegunungan dengan luas wilayah yang terdiri dari 4 dusun yaitu dusun Banauwe 2 adalah dusun 1, Banauwe 1 adalah dusun 2, Karya Bugi  adalah dusun 3 dan Baraba’a adalah dusun 4. Dari sudut geografis, Desa Warinta memiliki batas wilayah sebagai berikut:
1.    Sebelah Utara berbatasan dengan Hutan Lambusango
2.    Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lapandewa
3.    Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Lapodi
4.    Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Waangu-angu
Kondisi geografis merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan suatu wilayah, termaksud faktor-faktor yang bisa mempengaruhi tingkat derajat kesehatan masyarakat. Letak geografis sangat menentukan terhadap potensi terjadinya masalah kesehatan pada masyarakat dalam suatu wilayah.


  1. Keadaan Demografi
Salah satu komponen terbentuknya suatu daerah adalah penduduk. Adapun jumlah penduduk yang terdapat pada Desa Warinta berdasarkan data sekunder yang kami peroleh adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Keadaan Penduduk menurut Jenis Kelamin dan
Jumlah Kepala Keluarga Desa Warinta
Kec.Pasar Wajo Kab.Buton
Tahun 2011
Jumlah Laki-laki
736 orang
Jumlah Perempuan
667 orang
Jumlah Total
1403 orang
Jumlah Kepala Keluarga
324 orang
                 Sumber : Data Sekunder Desa Warinta 2011

B.   Keadaan Sosial Budaya
Penduduk Desa Warinta sebagian besar adalah penduduk suku Cia-Cia. Penduduk Desa Warinta seluruhnya memeluk agama Islam dan berdasarkan hasil peninjauan lokasi ada 3 mesjid terdapat di Desa Warinta sebagai sarana untuk beribadah masyarakat setempat.
Bentuk rumah penduduk di Desa Warinta sebagian besar adalah rumah Permanen yang kebanyakan adalah bangunan model lama, tapi ada juga rumah Panggung dan semi Permanen. Penduduk Desa Warinta masih memegang teguh adat istiadat setempat, seperti upacara adat, perayaan keagamaan, kepercayaan-kepercayaan (pamali), perlakuan-perlakuan khusus terhadap ibu hamil dan bayi.
Faktor sosial budaya turut berpengaruh terhadap kehidupan dan kesehatan masyarakat di Desa Warinta, oleh karena itu faktor sosial budaya sangat penting untuk diperhatikan demi meningkatkan status derajat kesehatan.
Faktor-faktor tersebut diantaranya kepercayaan, tradisi, keyakinan, norma serta sistem nilai yang masih terpelihara dalam suatu masyarakat. Dan keadaan sosial budaya di Desa Warinta masih sangat kental kultur budayanya.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa status sosial budaya disuatu daerah secara perlahan–lahan akan bergeser akibat adanya pengetahuan baru dan semakin tingginya tingkat pendidikan masyarakat.
Dalam bidang agama, masyarakat Desa Warinta sebagian besar menganut agama islam. Sedangkan mata pencaharian di Desa Warinta adalah petani, Pedagang, wiraswasta. Untuk mengetahui lebih jelas tentang mata pencaharian penduduk Desa Warinta, dapat dilihat pada tabel berikut :



Tabel 2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Desa Warinta Kec. Pasarwajo Kab. Buton
Tahun 2013
No
Pekerjaan
DUSUN
JML
Banauwe 2
Banauwe 1
Karya Bugi
Baraba’a
N
%
N
%
N
%
N
%
N
%
1
Petani
72
26.5
36
27.5
45
26.8
49
23.1
202
25.8
2
Petani Penggarap
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3
Pedagang/Penjual
5
1.8
2
1.5
4
2.4
5
2.4
16
2
4
Buruh Harian
-
-
-
-
-
-
2
0.9
2
0.3
5
PNS/TNI/Polri
6
2.2
-
-
1
0.6
-
-
7
0.9
6
Peg. Swasta
-
-
3
2.3
2
1.2
-
-
5
0.6
7
Tukang
4
1.5
3
2.3
1
0.6
3
1.4
11
1.4
8
Becak/Gerobak
-
-
-
-
1
0.6
-
-
1
0.1
9
Wiraswasta
7
2.6
6
4.6
14
8.3
10
4.7
37
4.7
10
Ibu Rumah Tangga
18
6.6
9
6.9
13
7.7
16
7.5
56
7.2
11
Tidak Bekerja
25
9.2
10
7.6
4
2.4
5
2.4
44
5.6
12
Belum Bekerja
135
49.6
62
47.3
83
49.4
122
57.6
402
51.4

Jumlah
272
100
131
100
168
100
212
100
783
100
Sumber: Data Sekunder  2013

C.   Status Kesehatan
1.      Sarana Kesehatan
Fasilitas umum yang mendukung pada kesehatan masyarakat Desa Warinta Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton adalah1 (satu) bangunan Puskesdes terletak diperbatasan antara dusun Banauwe 1 dan Banauwe 2 Puskesdes tersebut merupakan Puskesdes pembantu dengan wilayah kerja Desa Warinta dan 1 (satu) gedung posyandu yang terletak di dusun Karya Bugi.
Faslitas kesehatan inilah yang merupakan tempat bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.Ini dapat dilihat dari data penyakit yang paling dominan pada Puskesdes Desa Warinta selama tahun 2012. Dengan data sebagai berikut :
Tabel 2.3. Keadaan Penyakit pada Desa Warinta
Kecamatan Pasarwajo Kab. Buton
Tahun 2013
No
Nama penyakit
jumlah
1
ISPA
140 orang
2
Diare
15 orang
3
Dermatitis
35 orang
4
Asma
6 orang
Data Sekunder Desa Warinta 2012







BAB III
METODE EVALUASI
A.   Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Praktek Belajar Lapangan dilaksanakan di Desa Warinta, dimana terdapat 4 (empat) dusun yang diambil secara cluster sampling dari 167 (seratus enam puluh tujuh) KK sebagai sampel yang ada di Desa Warinta. Pada dusun Banauwe 2 sebanyak 5 (lima) KK, Banauwe 1 sebanyak 5 (lima) KK, Karya Bugi sebanyak 5 (lima) KK dan Baraba’a sebanyak 5 (lima) KK. Waktu pelaksanaan penelitian yaitu pada tanggal 20 dan 21 Juni 2014 pukul 10.00 WITA
B.   Peserta
Adapun peserta PBL III desa Warinta sebagai berikut:
Kordes                : Irwandy                                11 710 122
Sekretaris           : Arien Ramadhan               11 710 006
Bendahara         : Minarti                                  11 710 137
Anggota              :1. Fitriani                              10 710 104
2.  Zulkifli                              11 710 189
3.  Zalmia                              11 710 252
4.  Darfin                               11 710 150
5.  Nurnia                             11 710 008
6.  Gloria Stephanie           11 710 184
7.  Wahyuni F. yusuf          11 710 177
8.  Asti Tatriana                   11 710 058
C.   Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas ada karakteristik tertentu yang oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 1999). Populasi dalam penelitian ini adalah Masyarakat dan Ibu PKK yang merupakan masyarakat warinta.
Sampel adalah sebagian individu yang diteliti atau diselidiki (Alghifari, 2001). Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil dan dijadikan sebagai bahan pengamatan. Sedangkan untuk sampel dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah penduduk yang menetap di Desa Warinta yang diambil secara acak pada tiap dusun untuk mewakili populasi yaitu sebanyak 22 KK dengan jumlah pertanyaan 10 poin pada tiap-tiap responden..

D.   Jenis dan Sumber Data
Jenis penelitian ini bersifat Deskriptif yaitu untuk mengetahui perilaku dan pemahaman masyarakat terhadap penggunaan tempat sampah dan pentingnya membuang sampah pada tempatnya di Desa Warinta Kecamatan pasarwajo Kabupaten buton.




Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut:

Pengetahuan
Tindakan
Perilaku Ibu Rumah tangga terhadap  sampah
 










Sumber data yang diperoleh yaitu berupa data primer yang di peroleh dari hasil survey & wawancara pada tiap-tiap masyarakat sedangkan data sekunder di peroleh dari profil  Desa Warinta Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton.
E.   Pengumpulan Data
Cara Pengumpulan data yang digunakan yakni dengan cara mensurvei dan wawancara dengan menggunakan kuesioner secara langsung tiap-tiap masyarakat  dari masing masing dusun yang diambil secara acak. Pengumpulan data pada kegiatan evaluasi ini dilakukan dengan dua cara yaitu: data primer dan data sekunder.

F.    Pengolahan dan Penyajian Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dengan menggunakan komputer dan untuk penyajian data, disajikan dalam bentuk tabel dan narasi deskriptif.

G.   Analisis Data
Dalam menganalisa data, yang dilakukan setelah pengumpulan data dan pengolahan data yaitu mengidentifikasi data. Evaluasi ini dilakukan untuk mengamati apakah kegiatan yang telah dilakukan pada PBL II berhasil atau tidak dan sesuai dengan tujuan pada POA.

















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.   Hasil Evaluasi
Evaluasi adalah sebuah penilaian yang sejauh mungkin dilakukan secara obyektif dan sistematik, terhadap sebuah program atau kebijakan, baik menyangkut rancangannya, implementasinya maupun hasil-hasilnya. Tujuan dari sebuah evaluasi adalah untuk menelah relevansi dan pencapaian dari tujuan-tujuan yang diharapkan, efisiensi pengembangannya, efektivitas, dampak dan potensi keberlanjutannya.
Terdapat lima tahapan dalam kegiatan evaluasi diantaranya sebagai berikut :
a.    Evaluasi Relevansi yaitu evaluasi yang mengukur tentang kesesuaian program dengan tujuan atau efek yang telah ditetapkan. Evaluasi ini mengukur seberapa valid tujuan program yang telah ditetapkan dengan kondisi nyata.
b.    Evaluasi Efisiensi yaitu  suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya sumber/ biaya, sumber daya manusia, alat dan bahan, teknologi untuk mencapai hasil dari sebuah kegiatan yang dijalankan.
c.    Evaluasi Efektivitas yaitu penilaian terhadap program dimana mengidentifikasi apakah pencapaian program yang diinginkan telah optimal.
d.    Evaluasi Dampak yaitu suatu evaluasi yang mengukur taraf atau tingkat ketercapaian program dalam menyebabkan nilai perubahan seseorang dalam kehidupan yang selanjutnya setelah mengikuti program.
e.    Evaluasi Berkelanjutan yaitu evaluasi yang melihat apakah program atau intervensi akan berlanjut dalam jangka panjang setelag program selesai atau funding donor tidak ada lagi.
Adapun data yang diambil untuk mengevaluasi program yang telah dilakukan pada PBL II, sebagai berikut:
Tabel 4.1. distribusi berdasarkan Pendapat Tentang Lubang Sampah Percontohan pada masyarakat desa Warinta Kec. Pasarwajo Kab. Buton Tahun 2014
No
Indikator
frekuensi
persentase
1.
2.
Ya
Tidak
12
10
54,5
45,5
Jumlah
22
100
Data Primer : Juni 2014
Berdasarkan data diatas, bahwa yang berpendapat lubang sampah percontohan sudah maksimal sebanyak 12 KK ( 54,5% ) dan yang berpendapat tidak maksimal sebanyak 10 KK (45,5%) dari total sampel 22 KK.
Tabel 4.2. distribusi berdasarkan pentingnya membuang sampah pada  masyarakat desa Warinta Kec. Pasarwajo Kab. Buton Tahun 2014
No
Indikator
frekuensi
persentase
1.
2.
Ya
Tidak
22
-
100
-
Jumlah
22
100
Data Primer : Juni 2014
Berdasarkan data diatas, bahwa yang mengatakan pentingnya membuat sampah pada tempatnya sebanyak 22 KK (100%) dari total sampel 22 KK.
Tabel 4.3. distribusi berdasarkan Pendapat Tentang Membuang Sampah dipinggir Jalan pada masyarakat desa Warinta Kec. Pasarwajo Kab. Buton Tahun 2014
No
Indikator
frekuensi
Persentase
1.
2.
Ya
Tidak
-
22
-
100
Jumlah
22
100
Data Primer : Juni 2014
Berdasarkan data diatas, bahwa yang tidak setuju membuang sampah dipinggir jalan sebanyak 22 KK (100%) dari total sampel 22 KK.

Tabel 4.4. distribusi berdasarkan Sampah sebagai Penyebab Penyakit pada masyarakat desa Warinta Kec. Pasarwajo Kab. Buton Tahun 2014
No
Indikator
frekuensi
Persentase
1.
2.
Ya
Tidak
22
-
100
-
Jumlah
22
100
Data Primer : Juni 2014
Berdasar data diatas, bahwa yang mengatakan sampah dapat menyebabkan penyakit sebanyak 22 KK (100%) dari total sampel 22 KK.
Tabel 4.5. distribusi berdasarkan tempat pembuangan sampah pada masyarakat desa Warinta Kec. Pasarwajo Kab. Buton Tahun 2014
No
Indikator
frekuensi
persentase
1.
2.
Ya
Tidak
17
5
77,3
22,7
Jumlah
22
100
Data Promer: Juni 2014
Berdasarkan data diatas, bahwa yang membuang sampah pada tempatnya sebanyak 17 KK (77,3%) dan yang tidak membuang sampah pada tempatnya sebanyak 5 KK (22,7%) dari total sampel 22 KK.
Tabel 4.6. distribusi berdasarkan Kepemilikan Tempat Sampah pada masyarakat desa Warinta Kec. Pasarwajo Kab. Buton Tahun 2014
No
Indikator
frekuensi
Persentase
1.
2.
Ya
Tidak
10
12
45,5
54,5
Jumlah
22
100
Data Primer : Juni 2014
 Berdasarkan data diatas, bahwa yang mempunyai tempat sampah sebanyak 10 KK (45,5%) dan yang tidak mempunyai tempat sampah sebanyak 12 KK (54,5%) dari total sampel 22 KK.
Tabel 4.7. distribusi berdasarkan Pengelompokkan Sampah pada masyarakat desa Warinta Kec. Pasarwajo Kab. Buton Tahun 2014
No
Indikator
Frekuensi
Persentase
1.
2.
Ya
Tidak
7
15
31,8
68,2
Jumlah
22
100
Data Primer : Juni 2014
Berdasarkan data diatas, bahwa masyarakat yang memisahkan sampah basah dan sampah kering sebanyak 7 KK (31,8%) dan yang tidak memisahkan sampah basah dan sampah kering sebanyak 15 KK (68,2 %) dari total sampel 22 KK.
Tabel 4.8. distribusi berdasarkan Pernyataan Pernah Membuat Tempat/Lubang Sampah pada masyarakat desa Warinta Kec. Pasarwajo Kab. Buton Tahun 2014
No
Indikator
frekuensi
Persentase
1.
2.
Ya
Tidak
12
10
54,5
45,5
Jumlah
22
100
Data Primer : Juni 2014
Berdasarkan data diatas, bahwa 12 KK (54,5%) menyatakan pernah membuat tempat/lubang sampah dan 10 KK (45,5%) tidak pernah membuat tempat/lubang sampah dari total sampel 22KK.
Tabel 4.9. distribusi berdasarkan Pemanfaatan Sampah Organik pada masyarakat desa Warinta Kec. Pasarwajo Kab. Buton Tahun 2014
No
Indikator
frekuensi
Persentase
1.
2.
Ya
Tidak
6
16
27,3
72,7
Jumlah
22
100
Data Primer : Juni 2014
Berdasarkan data diatas, bahwa 6 KK (27,3%) sudah memanfaatkan sampah organik sebagai pupuk dan 16 KK (72,7%) mengatakan tidak pernah memanfaatkan sampah organik sebagai pupuk dari total sampel 22 KK.
Tabel 4.10. distribusi berdasarkan Jenis Sampah Organik pada masyarakat desa Warinta Kec. Pasarwajo Kab. Buton Tahun 2014
No
Indikator
frekuensi
Persentase
1.
2.
Ya
Tidak
22
-
100
-
Jumlah
22
100
Data Primer : Juni 2014
Berdasarkan data diatas, bahwa 22 KK (100%) menyatakan sudah mengetahui jenis sampah organik dari total sampel 22 KK.

B.   Pembahasan
PBL III merupakan kegiatan lanjutan dari pelaksanaan PBL I dan PBL II sehingga pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap hasil intervensi masalah-masalah yang sudah diprioritaskan pada  PBL sebelumnya. Pelaksanaan kegiatan PBL III ini berlangsung selama 10 hari yaitu mulai tanggal 17 Juni - 26 Juni 2014.
1.      Evaluasi fisik
Berdasarkan data diatas, terdapat 10 KK yang mengatakan bahwa lubang sampah percontohan yang dibuat pada PBL II yang lalu tidak maksimal, dengan alasan bahwa lubang sampah percontohan ini kurang besar sehingga tidak semua sampah tertampung dan jika musim hujan cepat tertutup oleh tanah. Tetapi terdapat 12 kk yang mengatakan bahwa lubang sampah percontohan yang dibuat pada PBL II kemarin sudah maksimal, artinya mereka mengatakan bahwa dengan adanya lubang sampah percontohan ini mereka dapat membuat dirumah masing-masing masyarakat.
Dari hasil data diatas, akan dibahas dengan menggunakan lima tahapan dalam kegiatan evaluasi diantaranya sebagai berikut :
a.    Evaluasi Relevansi yaitu berdasarkan data dari evaluasi tentang program pembuatan lubang sampah percontohan sudah relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan pada POA.
b.    Evaluasi Efisiensi yaitu  adapun sumber atau dana yang digunakan pada pembuatan lubang sampah percontohan tidak ada. Tetapi dalam pembuantannya kami dibantu oleh sebagian masyarakat baik dari bahan dan alat untuk hasil yang dicapai sebuah kegiatan yang dijalankan.
c.    Evaluasi Efektivitas yaitu program yang dilakukan pada PBL III tidak optimal karena lubangnya terlalu kecil dan apa bila musim hujan lubang sebagai lubang percontohan tertutup oleh tanah.
d.    Evaluasi Dampak yaitu untuk dampak yang nyata pada masyarakat belum ada karena masyarakat selalu memikirkan jumlah dana yang harus dikeluarkan. Artinya masyarakat tidak mau berkorban  dari segi pendanaan.
e.    Evaluasi Berkelanjutan yaitu program yang telah dilaksanakan ini tidak berkelanjutan karena tidak ada dukungan dari pemerintah.
2.      Evaluasi Non Fisik
Penyuluhan Tentang Sampah dan Pembuantan Lubang Sampah serta Pemanfaatan Lubang Sampah Percontohan pada Ibu PKK Desa warinta.
Berdasarkan data diatas, bahwa yang mengatakan pentingnya membuang sampah sebanyak 22 KK (100%). Dalam hal ini masyarakat desa Warinta sudah mempunyai pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya membuang sampah agar terhindar dari penyakit, dimana kita ketahui bahwa penumpukan sampah merupakan tempat berkembangnya agen penyakit.
Hal ini dapat dilihat dari semua responden yaitu sebanyak 22 KK dari total sampel 22 KK mengatakan bahwa tidak setuju kalau sampah dibuang dipinggir jalan, dengan alasan bahwa apabila sampah dibuang dipinggir jalan maka lingkungan akan kotor dan merusak pemandangan serta apabila musim hujan datang maka semua sampah yang ada dipinggir jalan terbawah oleh air hujan sehingga mata air yang biasa digunakan oleh masyarakat sebagai pengganti air ledeng yang biasa digunakan tidak mengalir akan tercemar.
Dari pendapat diatas, bahwa semua masyarakat yang dijadikan responden mengatakan bahwa sampah itu dapat menyebabkan penyakit sebanyak 22 KK (100%), hal ini dapat dilihat dari tabel penyakit yang ada pada status kesehatan, dimana angka penderita penyakit sangat tinggi, walaupun tidak secara langsung sampah sebagai penyebab penyakit tersebut. 
Berdasarkan data diatas, bahwa yang membuang sampah pada tempatnya sebanyak 17 KK (77,3%) dan yang tidak membuang sampah pada tempatnya sebanyak 5 KK (22,7%). Dari hasil evaluasi diatas, diketahui bahwa masyarakat desa Warinta sudah membuang sampah pada tempatnya. hal ini mengambarkan bahwa masyarakat Desa Warinta ini sudah mempunyai kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya.
Tetapi pada kenyataanya masih ada masyarakat yang tidak mempunyai tempat sampah. Hal ini dapat dilihat pada hasil evaluasi yang telah kami lakukan, bahwa masyarakat yang tidak mempunyai tempat sampah sebanyak 12 KK (54,5%) dengan alasan bahwa mereka membuang sampah dikebun yang jauh dari rumah, kalaupun membuat tempat sampah ini hanya dijadikan tempat bersarangnya penyakit karena tidak ada mobil yang mengangkutnya. Walaupun ada 12 KK yang menyatakan tidak mempunyai tempat sampah tetapi ada 12 KK (54,5%) yang mengatakan pernah membuat tempat/lubang sampah, tetapi setiap musin hujan tiba selalu tertutup kembali.
Selain kesadaran membuang sampah pada tempatnya masyarakat Desa Warinta juga sudah mempunyai pengetahuan tentang sampah. hal ini dapat dilihat dari hasil data evaluasi, bahwa 22 KK (100%) menyatakan sudah mengetahui jenis sampah organik. Tetapi masyarakat belum memisahkan antara sampah basah dan sampah kering pada saat membuangnya, hal ini dapat dilihat pada hasil data evaluasi, bahwa masih tingginya frekuensi masyarakat yang tidak memisahkan sampah basah dan sampah kering yaitu sebanyak 15 KK (68,2 %) dari total sampel 22 KK. Serta masih banyak yang tidak memanfaatkan sampah organik sebagai pupuk yaitu sebanyak 16 KK (72,7%) dengan alasan bahwa tanah mereka sudah subur.
Dari hasil data diatas, akan dibahas dengan menggunakan lima tahapan dalam kegiatan evaluasi diantaranya sebagai berikut :
a.    Evaluasi Relevansi
Pada penyuluhan yang kami lakukan di Sanggar PKK tentang Lubang Sampah Percontohan yaitu bagaimana mengelompokkan sampah basah dan sampah kering serta cara penggunaan lubang sampah percontohan pada Ibu PKK Desa Warinta sehingga lubang sampah percontohan yang dibuat dapat dimanfaatkan.
b.    Evaluasi Efisiensi
Pada tahap ini dapat dikatakan 100% efisien, untuk kegiatan penyuluhan tentang sampah dan lubang sampah percontohan sebab dalam pelaksanaannya sangat mudah, alat dan bahan yang mudah didapat dan tidak membutuhkan biaya mahal, apalagi didukung dengan adanya Sumber Daya.

c.    Evaluasi Efektifitas
Pada tahap ini, dapat dikatakan tidak efektif karena sebagian kecil masyarakat Desa Warinta tidak mau membuat lubang sampah percontohan, tetapi dari segi pengetahuan masyarakat desa warinta sudah mempunyai pemahaman dan kesadaran bahwa penumpukan sampah tidak baik untuk kesehatan maupun lingkungan, tetapi mereka tidak mau bertindak atau berbuat dalam hal ini membuat tempat/lubang sampah, ini dapat dilihat dari hasil data evaluasi bahwa yang mempunyai tempat sampah sebanyak 10 KK (45,5%) dan yang tidak mempunyai tempat sampah sebanyak 12 KK (54,5%) dari total sampel 22 KK.
d.    Evaluasi Dampak
Pada tahap ini, program intervensi non fisik yang kami lakukan kepada Ibu PKK Desa warinta dikatakan cukup berhasil dari segi pengetahuan tetapi dari segi tindakan kami tidak berhasil sebab sebagian besar masyarakat tidak mempunyai lubang/tempat sampah.
e.    Evaluasi Berkelanjutan
Pada tahap ini, dapat dikatakan tidak berhasil dan tidak akan berkelanjutan kegiatan yang telah dilakukan, sebab kurangnya kemauan dari masyarakat dan kurangnya dukungan dari Pemerintah Desa, walaupun mempunyai pengetahuan dan kesadaran tetapi tanpa keinginan untuk berbuat maka program apapun tidak akan berkelanjutan.
.










BAB V
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Dari data hasil survei bahwa masyarakat desa warinta sudah mempunyai kesadaran dan pengetahuan tentang pentingnya penanggulangan sampah tetapi mereka tidak mempunyai kemauan untuk bertindak dalam hal ini membuat tempat sampah dan pemisahkan sampah basah dan sampah kering walaupun sudah mengetahui jenis sampah yang dihasilkannya. Ini dikarenakan masyarakat tidak mau berkorban (tidak mengeluarkan dana) untuk membuat tempat sampah.
B.   Saran
Untuk pemerintah:
1.    Diharapkan kepada pemerintah desa harus mendukung penuh terhadap semua kegiatan-kegiatan yang masuk di desa Warinta baik kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan maupun tidak berhubungan dengan kesehatan.
2.    Serta memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa kegiatan yang ada di desa tersebut sangat berguna bagi desanya.
3.    Bagi pemerintah harus menyiapkan tempat pembuangan akhir(TPA) untuk desanya karena jarak antar pembuangan sampah yang diadakan kecamatan terlalu jauh dari desa Warinta.

Untuk masyarakat:
1.    Bagi masyarakat dharapkan kesadarannya untuk tidak pembuang sampah disebarang tempat dan mau berperilaku hidup bersih dan sehat.
2.    Diharapkan kepada seluruh masyarakat Desa Warinta agar memperhatikan sanitasi dan kesehatan lingkungannya terutama pada Pembuangan Sampah.
















LAMPIRAN