Selasa, 18 Februari 2014

LAPORAN PBL II DESA WARINTA




depan posko 3 desa warinta
BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Masalah kesehatan telah ditempatkan dalam suatu pola dalam pemikiran baru yang disebut paradigma sehat yang menempatkan isu sehat sebagai bagian utama pembangunan kesehatan. Lebih lanjut paradigma ini dijabarkan sebagai suatu konsep nasional pembangunan yang berwawasan kesehatan.
Konsep pembangunan ini selanjutnya diharapkan dapat mencapai suatu Indonesia sehat 2010, yang selanjutnya harus didukung oleh Propinsi sehat, Kabupaten sehat, Kecamatan sehat sampai pada Desa sehat yang seterusnya didukung oleh sendi-sendi terkecil dari masyarakat yaitu keluarga yang sehat. Kesemuannya ini sesuai dengan dasar pembangunan Nasional yang senantiasa ingin menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang produktif, kreatif, dan sejahtera yang terwujud dalam suatu masyarakat madani (civil society) dalam era Indonesia baru. 
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Untuk mencapai tujuan itu perlu dikerahkan dan menggali segala potensi yang ada di masyarakat.
Kesehatan merupakan hal yang sangat mendasar dan merupakan salah satu faktor utama yang paling penting  bagi kehidupan  manusia. Sebagai kebutuhan sekaligus hak dasar, kesehatan harus menjadi milik setiap orang dimanapun ia berada. Hal ini dapat dicapai melalui peran aktif masyarakat untuk senantiasa menciptakan lingkungan serta perilaku sehat agar dapat hidup secara produktif. Karena lingkungan yang buruk disertai rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk berperilaku sehat dapat menjadikannya sebagai kawasan yang rawan akan penyebaran penyakit. Namun perlu diingat bahwa masalah kesehatan bukan hanya ketika mereka sudah sakit saja.
Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Dayanu Ikhsanudin (UNIDAYANBaubau, yang merupakan sebuah institusi pendidikan dimana didalamnya terdapat fakultas kesehatan masyarakat, mempunyai komitmen moral untuk mendukung pencapaian Indonesia Sehat 2010 melalui pembelajaran di masyarakat berupa kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) untuk mengetahui sejauh mana tingkat kesehatan di suatu masyarakat.
Mata kuliah pengalaman belajar lapangan (PBL) termasuk dalam kelompok Mata Kuliah Keahlian Berkarya disingkat MKB yang bertujuan untuk menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan dan berdasarkan dasar ilmu dan keterampilan kesehatan masyarakat yang dimiliki. Mata kuliah ini memperkuat penguasaan dan memperluas wawasan kompetensi keahlian dalam berkarya di masyarakat sesuai dengan keunggulan kompetitif serta komparatif penyelenggaraan program studi kesehatan masyarakat.
Pengalaman Belajar Lapangan yang biasa disingkat PBL merupakan proses belajar untuk mendapatkan kemampuan profesional kesehatan masyarakat, yaitu menerapkan diagnosa komunitas yang intinya mengenali, mengembangkan program penanganan masalah kesehatan masyarakat yang bersifat promotif dan preventif, bertindak sebagai manajer madya yang dapat berfungsi sebagai pelaksana, pengelolah, pendidikan dan peneliti, melakukan pendekatan pada masyarakat dan bekerja dalam tim multidisipliner.
Kegiatan PBL dilakukan dengan melibatkan pemerintah desa dan masyarakat setempat yang berorientasi langsung pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat seperti dinas kesehatan kabupaten/kota maupun institusi yang dapat memberi kontribusi dalam bidang kesehatan, misalnya Puskesmas dan posyandu. PBL ini terdiri dari 3 tahapan mengikuti siklus perencanaan dan evaluasi yaitu PBL I, PBL II, dan kegiatan PBL III. Kegiatan PBL I berisi kegiatan berupa pengumpulan data di setiap rumah untuk memperoleh informasi mengenai masalah-masalah kesehatan ataupun masalah lain yang dapat mempengaruhi  derajat kesehatan masyarakat di lingkungan tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan analisis masalah dimasyarakat (community diagnosis). Kegiatan yang dilakukan tersebut merupakan inti dari PBL berikutnya karena merupakan pondasi awal di dalam menyusun program berikutnya. Kegagalan atau ketidaksinambungan kegiatan PBL I akan mencerminkan pelaksanaan PBL II dan PBL III. Selanjutnya, PBL II menitikberatkan pada penentuan prioritas masalah serta pelaksanaan program intervensi terhadap masalah-masalah kesehatan yang menjadi prioritas masalah di lingkungan pada saat PBL I sedangkan PBL III berisi kegiatan evaluasi terhadap hasil kegiatan yang telah dilakukan pada saat PBL II dan melakukan perbaikan-perbaikan jika dianggap perlu.
Dalam kegiatan PBL I sebelumnya, kami selaku mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dayanu Ikhsanudin Baubau telah mengidentifikasi permasalahan kesehatan masyarakat pada tiap dusun yaitu dusun I Banauwe I, dusun II Banauwe II, dusun III Karya Bugi dan dusun IV Barabaa, Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton. Beberapa permasalahan kesehatan tersebut diantaranya mengenai tempat pembuangan sampah dan mengenai SPAL yang merupakan prioritas masalah dengan melalui perengkingan, maka dari perengkingan tersebut, maka muncul prioritas masalah yang akan diitervensi pada PBL II nantinya. Berdasarkan data yang didapatkan pada PBL I, maka pada PBL II ini kami berharap mampu merencanakan dan melaksanakan kegiatan intervensi kesehatan masyarakat untuk menyelesaikan masalah-masalah kesehatan serta meningkatkan kesehatan masyarakat di Desa Warinta Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton.
Prioritas masalah yang akan diintervensi pada PBL II adalah pembuatan lubang sampah dimana dilakukan pada dusun banauwe I. Program intervensi yang kami lakukan adalah dua jenis yakni intervensi fisik  dan non fisik.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, kegiatan PBL II merupakan kelanjutan dari PBL I yang telah kami adakan, di tahap ini mahasiswa diharapkan mampu mengembangkan kemampuannya dalam bersosialisasi dengan masyarakat dan kemampuann untuk dapat memberikan pemecahan terhadap prioritas masalah yang telah ditentukan pada PBL I, sehingga masyarakat dapat mengetahui masalah-masalah yang ada di lokasi PBL serta mampu menyelesaikan masalah yang mereka hadapi.
Setelah enam bulan, kami akan kembali melakukan PBL III di tempat yang sama dengan tujuan untuk mengevaluasi kegiatan-kegiatan intervensi yang telah kami lakukan, apakah berhasil atau tidak, semua disesuaikan dengan indikator keberhasilan yang telah kami tetapkan pada Plan of Action. Demikianlah beberapa gambaran umum dari laporan kami, untuk lebih jelasnya kita dapat memperhatikan uraian hasil kegiatan PBL II kami pada laporan ini.
      Kemampuan profesional kesehatan masyarakat meliputi :
1.     Menerapkan diagnosa kesehatan melalui komunikasi yang intinya mengenali, merumuskan dan menyusun prioritas masalah kesehatan masyarakat.
2.  Mengembangkan program penanganan masalah kesehatan masyarakat yang bersifat promotif dan preventif.
3.  Bertindak sebagai manajer yang dapat berfungsi sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti.
4.  Melakukan pendekatan pada masyarakat.
5.  Bekerja dalam tim multidisipliner.
Peranan tersebut perlu didukung oleh pengetahuan yang mendalam tentang masyarakat. Pengetahuan ini antara lain mencakup kebutuhan dan permintaan, sumber daya yang bisa dimanfaatkan, angka-angka kependudukan, dan cakupan program serta bentuk-bentuk kerjasama yang digalang. Dalam hal ini diperlukan tiga data penting yaitu:
1.      Data umum (Demografi)
2.      Data kesehatan
3.      Data yang berhubungan dengan kesehatan.
Ketiga data ini harus dianalisis dan didiagnosis. Kesehatan masyarakat memerlukan pengelolaan mekanisme yang panjang dan proses penalaran dalam analisanya. Melalui PBL ini pengetahuan tersebut bisa diperoleh dengan sempurna.

B.   Tujuan PBL
Adapun tujuan dari pelaksanaan PBL yaitu
  1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan analisis situasi melalui identifikasi, merumuskan dan memecahkan serta mengevaluasi masalah kesehatan masyarakat.
2.   Tujuan Khusus:
Adapun tujuan khusus kegiatan ini adalah:
a.   Mahasiswa mampu menganalisis permasalahan yang ada di masyarakat bersama-sama dengan anggota masyarakat.
b.   Mahasiswa dapat menentukan prioritas masalah dan merumuskan bentuk solusinya bersama dengan anggota masyarakat.
c.   Mahasiswa mampu menganalisis faktor penyebab masalah (root cause analysis) yang dituangkan dalam bentuk pohon masalah dan dirumuskan bersama dengan masyarakat.


C.   Manfaat PBL
Kegiatan PBL ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi instansi yang terkait pada umumnya dan pemerintah desa Warinta pada khususnya Dusun Banauwe I, Dusun Banauwe II, Dusun Karya Bugi dan Dusun Barabaa dalam meningkatkan derajat kesehatan.
a.    Manfaat bagi Mahasiswa:
Kegiatan PBL ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan di bangku perkuliahan.
Adapun manfaat yang diperoleh dari PBL II ini adalah sebagai berikut:
1.   Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis masalah kesehatan masyarakat.
2.    Membantu masyarakat dalam pemecahan masalah yang dihadapi.
3.    Menumbuhkan kesadaran pada masyarakat akan pentingnya kesehatan, baik kesehatan jasmani maupun rohani.
4.    Mengaktifkan pera serta masyarakat dalam kegiatan kesehatan.
5.    Mahasiswa dapat bekerjasama secara tim dalam berbagai kegiatan kelompok.

  

BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI

A.   Keadaan Geografi dan Demografi
  1. Keadaan Geografis
Desa Warinta merupakan desa yang terletak di Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton, dimana desa Warinta ini merupakan daerah pegunungan dengan luas wilayah yang terdiri dari 4 dusun yaitu dusun Banauwe 2 adalah dusun 1, Banauwe 1 adalah dusun 2, Karya Bugi  adalah dusun 3 dan Baraba’a adalah dusun 4. Dari sudut geografis, Desa Warinta memiliki batas wilayah sebagai berikut:
1.    Sebelah Utara berbatasan dengan Hutan Lambusango
2.    Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lapandewa
3.    Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Lapodi
4.    Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Waangu-angu
Kondisi geografis merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan suatu wilayah, termaksud faktor-faktor yang bisa mempengaruhi tingkat derajat kesehatan masyarakat. Letak geografis sangat menentukan terhadap potensi terjadinya masalah kesehatan pada masyarakat dalam suatu wilayah.


  1. Keadaan Demografi
Salah satu komponen terbentuknya suatu daerah adalah penduduk. Adapun jumlah penduduk yang terdapat pada Desa Warinta berdasarkan data sekunder yang kami peroleh adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Keadaan Penduduk menurut Jenis Kelamin dan
Jumlah Kepala Keluarga Desa Warinta
Kec.Pasar Wajo Kab.Buton
Tahun 2011
Jumlah Laki-laki
736 orang
Jumlah Perempuan
667 orang
Jumlah Total
1403 orang
Jumlah Kepala Keluarga
324 orang
                 Sumber : Data Sekunder Desa Warinta 2011

B.   Keadaan Sosial Budaya
Penduduk Desa Warinta sebagian besar adalah penduduk suku Cia-Cia. Penduduk Desa Warinta seluruhnya memeluk agama Islam dan berdasarkan hasil peninjauan lokasi ada 3 mesjid terdapat di Desa Warinta sebagai sarana untuk beribadah masyarakat setempat.
Bentuk rumah penduduk di Desa Warinta sebagian besar adalah rumah Permanen yang kebanyakan adalah bangunan model lama, tapi ada juga rumah Panggung dan semi Permanen. Penduduk Desa Warinta masih memegang teguh adat istiadat setempat, seperti upacara adat, perayaan keagamaan, kepercayaan-kepercayaan (pamali), perlakuan-perlakuan khusus terhadap ibu hamil dan bayi.
Faktor sosial budaya turut berpengaruh terhadap kehidupan dan kesehatan masyarakat di Desa Warinta, oleh karena itu faktor sosial budaya sangat penting untuk diperhatikan demi meningkatkan status derajat kesehatan.
Faktor-faktor tersebut diantaranya kepercayaan, tradisi, keyakinan, norma serta sistem nilai yang masih terpelihara dalam suatu masyarakat. Dan keadaan sosial budaya di Desa Warinta masih sangat kental kultur budayanya.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa status sosial budaya disuatu daerah secara perlahan–lahan akan bergeser akibat adanya pengetahuan baru dan semakin tingginya tingkat pendidikan masyarakat.
Dalam bidang agama, masyarakat Desa Warinta sebagian besar menganut agama islam. Sedangkan mata pencaharian di Desa Warinta adalah petani, Pedagang, wiraswasta. Untuk mengetahui lebih jelas tentang mata pencaharian penduduk Desa Warinta, dapat dilihat pada tabel berikut :




Tabel 2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Desa Warinta Kec. Pasarwajo Kab. Buton
Tahun 2013
No
Pekerjaan
DUSUN
JMLH
Banauwe 2
Banauwe 1
Karya Bugi
Baraba’a
N
%
N
%
N
%
N
%
N
%
1
Petani
72
26.5
36
27.5
45
26.8
49
23.1
202
25.8
2
Petani Penggarap










3
Pedagang/Penjual
5
1.8
2
1.5
4
2.4
5
2.4
16
2
4
Buruh Harian






2
0.9
2
0.3
5
PNS/TNI/Polri
6
2.2


1
0.6


7
0.9
6
Peg. Swasta


3
2.3
2
1.2


5
0.6
7
Tukang
4
1.5
3
2.3
1
0.6
3
1.4
11
1.4
8
Becak/Gerobak




1
0.6


1
0.1
9
Sopir










10
Tukang Kayu










11
Nelayan










12
Pengrajin










13
Wiraswasta
7
2.6
6
4.6
14
8.3
10
4.7
37
4.7
14
Ibu Rumah Tangga
18
6.6
9
6.9
13
7.7
16
7.5
56
7.2
15
Tidak Bekerja
25
9.2
10
7.6
4
2.4
5
2.4
44
5.6
16
Belum Bekerja
135
49.6
62
47.3
83
49.4
122
57.6
402
51.4

Jumlah
272
100
131
100
168
100
212
100
783
100
Sumber: Data Primer 2013

C.   DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT
a.      Sarana Kesehatan
Fasilitas umum yang mendukung pada kesehatan masyarakat Desa Warinta Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton adalah1 (satu) bangunan Puskesdes terletak diperbatasan antara dusun Banauwe 1 dan Banauwe 2 Puskesdes tersebut merupakan Puskesdes pembantu dengan wilayah kerja Desa Warinta dan 1 (satu) gedung posyandu yang terletak di dusun Karya Bugi.
Faslitaskesehatan inilah yang merupakan tempat bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.Ini dapat dilihat dari data penyakit yang paling dominan pada Puskesdes Desa Warinta selama tahun 2012. Dengan data sebagai berikut :
Tabel 2.3. Keadaan Penyakit pada Desa Warinta Kecamatan Pasarwajo Kab. Buton
Tahun 2013
No
Nama penyakit
jumlah
1
ISPA
140 orang
2
Diare
15 orang
3
Dermatitis
35 orang
4
Asma
6 orang
Data Sekunder Desa Warinta 2012
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.   Hasil Kegiatan
1.    Prioritas dan Indikator Masalah
Kondisi masyarakat yang beraneka ragam dan perilaku yang berbeda menyebabkan makin kompleksnya masalah kesehatan yang muncul dalam satu kelompok masyarakat, sehingga upaya untuk menanggulangi hal tersebut haruslah secara bertahap berdasarkan prioritas masalah yang ada dan telah ditentukan berdasarkan base line data pada PBL I. Selain itu, dalam menentukan prioritas masalah dan intervensi di Desa Warinta ditunjang juga oleh hasil musyawarah yang dilakukan bersama dengan tokoh-tokoh masyarakat di Desa Warinta.
Adapun rumusan indikator masalah di Desa Warinta yang kami ajukan yaitu:
1.      Masalah Kesehatan Lingkungan
a.      Masalah Tempat Pembuangan Sampah
Setelah melakukan pendataan dan observasi langsung saat PBL I, maka diperoleh data  bahwa dominan warga yang ada di Desa Warinta membuang sampah mereka di sekitar rumah atau di kebun yang tidak jauh dari rumahnya, hal ini tentunya akan menimbulkan efek negatif terhadap manusia dan lingkunan sekitar, selain itu mereka tidak memisahkan sampah kering dan sampah basah, biasanya mereka juga membakar sampah di sekitar rumah setelah sampah dikumpulkan
Tabel 3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat
Pembuangan Sampah Desa Warinta
Kec. Pasarwajo Kab. ButonTahun 2013
No
Pembuangan Sampah
Dusun
Jumlah
Banauwe 2
Banauwe 1
Karya Bugi
Baraba’a
N
%
N
%
n
%
N
%
N
%
1
Dibakar
27
45.8
10
35.7
5
15.2
6
12.8
48
28.7
2
Ditimbun






2
4.3
2
1.2
3
Semak
20
33.9
14
50
17
51.5
23
48.9
74
44.3
4
Sekitar Rumah
12
20.3
4
14.3
11
33.3
16
34
43
25.8

Jumlah
59
100
28
100
33
100
47
100
167
100
Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan pembuangan sampah masyarakat Desa Warinta dikumpul/dibakar sebanyak 48 KK (28.7%), dikumpulkan/ditimbun sebanyak 2 KK (1.2%), dibuang di semak sebanyak 74 KK (44.3%) dan disekitar rumah sebanyak 43 KK (25.8%).
Dari data diatas nilai yang terbanyak adalah kebiasaan masyarakat membuat sampah disemak sebanyak 74KK atau 44.3%. dan dibakar sebanyak 48 KK atau 28.7%. Namun, pembakaran tersebut sedikit banyak dapat  memberikan dampak yang buruk bagi kesehatan yaitu dapat menimbulkan ISPA sedangkan sampah yang dibuang disemak dapat menyebabkan tempat berkembangnya agen penyakit. Dengan hal ini, diperlukan solusi lain untuk pengelolaan sampah tersebut agar sampah kemudian tidak kembali menimbulkan penyakit namun dapat diolah dan digunakan kembali untuk keperluan tertentu.
Berdasarkan indikator masalah pada PBL I, beberapa di antaranya kami jadikan sebuah prioritas masalah atau masalah utama yang kemudian akan diberikan tindak lanjut atau intervensi.
2.    Plan of Action
Plan Of Action (POA) adalah rumusan rencana kegiatan yang akan diadakan terkait prioritas masalah yang telah disepakati bersama pemerintah desa setempat. Demikian halnya dengan POA yang kami buat, yaitu mencakup semua rencana kegiatan, dalam hal ini adalah rencana kegiatan intervensi yang kami laksanakan di PBL II. Adapun Intervensi yang kami lakukan terdiri dari dua bentuk, yaitu intervensi fisik dan intervensi non fisik. Intervensi fisik dilakukan dengan memberikan contoh fisik secara langsung kepada masyarakat seperti pembuatan lubang sampah percontohan.
Adapun POA yang kami buat adalah mencakup jenis kegiatan, tujuan, sasaran, biaya/sumber, waktu, tempat, penanggung jawab, dan indikator keberhasilan dari tiap rencana kegiatan intervensi yang akan kami lakukan (point-point dari POA kelompok kami, secara lengkap dapat dilihat pada lampiran laporan ini).
Setiap intervensi yang kami lakukan memiliki tujuan yang bervariasi tergantung pada masing-masing pokok masalah intervensi yang kami berikan. Demikian pula pada sasaran kegiatan yang meliputi tokoh masyarakat, Ibu-ibu Tim Penggerak PKK dan Ibu-ibu warga Desa Warinta, Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton.
Waktu dan tempat pelaksanaan intervensi ditentukan dengan kesepakatan kami bersama beberapa pihak seperti pemerintah desa setempat. Adapun indikator keberhasilan telah kami tetapkan berdasarkan tujuan intervensi dari masing-masing prioritas masalah.
B.   Pembahasan
1.    Prioritas Masalah
a.     Tempat Pembuangan Sampah
Sampah memang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari, sebab dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari manusia akan mengeluarkan produk sisa berupa sampah seperti sampah dari bungkusan makanan atau alat keperluan sehari-hari lainnya, terutama sampah dapur yang hampir setiap hari ada. Karenanya, sampah-sampah tersebut harus ditempatkan pada tempatnya dan diolah sebagaimana mestinya agar dapat dimanfaatkan kembali atau tidak merugikan masyarakat.
Akan tetapi berdasarkan pendataan dan observasi kami di PBL I, ternyata dominan warga di Desa Warinta membuang sampah mereka di sekitar rumah atau di kebun, termasuk tidak memisahkan antara sampah basah dan sampah kering, hal ini tentunya lebih mempermudah timbulnya penyakit dan merusak pandangan. Data tempat pembuangan sampah pada desa warinta sebagai berikut:

Tabel3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat
Pembuangan Sampah Desa Warinta
Kec. Pasarwajo Kab. ButonTahun 2013
No
Pembuangan Sampah
Dusun
Jumlah
Banauwe 2
Banauwe 1
Karya Bugi
Baraba’a
N
%
N
%
n
%
n
%
N
%
1
Dibakar
27
45.8
10
35.7
5
15.2
6
12.8
48
28.7
2
Ditimbun






2
4.3
2
1.2
3
Semak
20
33.9
14
50
17
51.5
23
48.9
74
44.3
4
SekitarRumah
12
20.3
4
14.3
11
33.3
16
34
43
25.8

Jumlah
59
100
28
100
33
100
47
100
167
100
Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan pembuangan sampah masyarakat Desa Warinta dikumpul/dibakar sebanyak 48 KK (28.7%), dikumpulkan/ditimbun sebanyak 2 KK (1.2%), dibuang di semak/sawah sebanyak 74 KK (44.3%) dan disekitar rumah sebanyak 43 KK (25.8%)
Berdasarkan hal inilah kami selanjutnya menjadikan masalah tempat pembuangan sampah sebagai salah satu prioritas masalah. Bentuk intervensi yang kami lakukan untuk masalah ini adalah intervensi fisik dan non fisik. Intervensi fisik yang kami lakukan adalah dengan membuat lubang sampah percontohan.
1.    Alternatif Pemecahan Masalah
Adapun kegiatan yang kami lakukan pada PBL II  antara lain :
a)    Kegiatan Intervensi Fisik
Dalam Pembuatan lubang sampah percontohan yang kami lalukan, akan dilaksanakan pada :
1.    Hari/Tanggal          :  Rabu / 05 Februari 2014
2.    Tempat                   :  Kantor Desadan Di Rumah warga
3.    Bahan  Dan Alat    :
a.    Bahan   :
ü  kayu
b.    Alat        :
ü  Cangkul
ü  Linggis
ü  Parang
ü  Skop

4.    Proses pembuatan Lubang Sampah percontohan :



5.    Keuntungan :
Mudah di buat.
6.    Manfaat Pembuatan Lubang Sampah :
a.    Sampah tidak berserakan kemana-mana, sehingga tidak menimbulkan lingkungan yang kotor dan merusak pandangan
b.    Menghilangkan sarang nyamuk, mencegah berkembangbiaknya lalat, nyamuk dan serangga.
c.    Menghindari tersebarnya cacing pita pada permukaan tanah.
d.    Tidak menimbulkan bau yang mengganggu
( Daud,A.,dan Anwar, 2007)

7.    Dampak dari tidak menggunakan Lubang Sampah yaitu :
Sampah merupakan masalah yang tak pernah terselesaikan hingga saat ini. Apabila di tinjau dari segi kesehatan dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti Malaria, Diare, Kolera, Ispa Dan Cacingan sedangkan di tinjau dari lingkungannya dapat menimbulkan bau yang mengganggu serta dapat menjadi sarang nyamuk.(Notoatmojo, Soekidjo,2007)
Pembuatan Lubang Sampah percontohan yang dibangun di rumah salah satu tokoh masyarakat dalam hal ini adalah Kepala Desa Warinta dimana pembuatannya tidak menggunakan anggaran. Lubang Sampah percontohan ini menjadi bahan acuan untuk dipraktekkan dan diterapkan pada masing–masing warga dirumah tempat tinggalnya kedepan.
Metode pelaksanaan intervensi (fisik) di Desa Warinta adalah metode partisipasi penuh. Metode partisipasi penuh ini adalah metode yang melibatkan masyarakat secara aktif baik swadaya maupun swadana dalam pelaksanaan intervensi. Tujuan dari pelaksanaan intervensi ini adalah mengurangi besarnya masalah dan meningkatkan derajat hidup sehat masyarakat setempat melalui intervensi fisik maupun non fisik dengan mengubah perilaku masyarakat melalui kegiatan penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan dan dampak kesehatan yang disebabkan oleh masalah kesehatan tersebut.
b)    Kegiatan Intervensi non fisik
ü  Penyuluhan tentangLubang Sampah
Penyuluhan tentang manfaat dan dampak tidak menggunakan Lubang Sampah ini dilakukan mahasiswa kepada ibu-ibu PKK pada hari Selasa tanggal 4 Februari 2014 di Sanggar PKK di harapkan agar masyarakat mengetahui dampak apabila tidak menggunakan membuang sampah pada tempatnya salah satunya Lubang Sampah dan manfaat Lubang Sampah yang memenuhi syarat kesehatan untuk menghindari berbagai macam bibit penyakit. Dalam penyuluhan ini dijelaskan tentang Manfaat dan dampak tidak membuang sampah pada tempat yang telah disediakan khusunya Lubang Sampah yang merupakan tempat pembuangan sampah percontohan.


C.   Faktor Pendukung Dan Penghambat
Kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) II ini dilaksanakan di Desa Warinta dimana kegiatan ini berlangsung selama 2 minggu sejak tanggal 30 Januarii – 12 Februari 2014. Tentunya dalam kegiatan ini tidak lepas dari faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung kami dalam pelaksanaan kegiatan PBL II ini terutama pada kegiatan intervensi dan kegiatan tambahan kami lainnya adalah sebagai berikut:
1.    Faktor Pendukung
a)    Adanya dorongan bimbingan dari Dosen pembimbing PBL II Desa Warinta
b)    Keterbukaan dan keramahan dari Kepala Desa Warinta dan perangkatnya terhadap mahasiswa PBL
c)    Kesediaan pemerintah setempat yang memudahkan dalam pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah serta keterlaksanaan proses intervensi
d)    Kekompakan dan kerjasama dari sesame mahasiswa PBL II

2.    Faktor Penghambat
Adanya keterbatasan yang dimiliki oleh mahasiswa dalam segi bahasa maupun segi materi yang berbentuk swadana. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pembuatan lubang sampah.

BAB IV
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Untuk mengatasi prioritas Masalah pada PBL I maka pada PBL II  ini diadakan program intervensi berupa  :
1.    Kegiatan Intervensi Fisik
ü  Pembuatan Lubang Sampah percontohan
2.  Kegiatan Intervensi Non fisik
ü  Penyuluhan tentang manfaat dan dampak tidak menggunakan Lubang Sampah Intervensi ini berjalan lancar selama 2 hari sejak Senin 04 Februari sampai Selasa 05 Februari oleh mahasiswa kepada Ibu PKK kader desa.

B.   Saran
Berdasarkan kegiatan PBL II yang kami lakukan, kami menyarankan kepada masyarakat sebagai berikut:
1.  Dengan adanya Lubang Sampah percontohan di Kantor Desa dan di Rumah Warga di harapkan agar setiap masyarakat dapat meningkatkan jumlah lubang atau tempat Sampah di tiap-tiap rumah.
2.  Dengan penyuluhan tentang Sampah dapat meningkatkan atau merubah perilaku anak bahkan masyarakat pada umumnya dalam membuang sampah.
3.  Kepada petugas kesehatan agar dapat meningkatkan penyuluhan kesehatan di masyarakat khususnya tentang pentingnya menjaga kebersihan.
4.  Diharapkan partisipasi masyarakat dalam berperilaku bersih dengan meningkatkan sanitasi rumah dan lingkungan sebagai upaya dalam menurunkan atau menekan insiden beberapa penyakit.
5.  Diharapkan partisipasi keluarga untuk menjaga kebersihan lingkungan untuk mengurangi angka kesakitan.



Tidak ada komentar: