PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan telah ditempatkan
dalam suatu pola dalam pemikiran baru yang disebut paradigma sehat yang
menempatkan isu sehat sebagai bagian utama pembangunan kesehatan. Lebih lanjut
paradigma ini dijabarkan sebagai suatu konsep nasional pembangunan yang
berwawasan kesehatan.
Konsep pembangunan ini selanjutnya
diharapkan dapat mencapai suatu Indonesia sehat 2010, yang selanjutnya harus
didukung oleh Propinsi sehat, Kabupaten sehat, Kecamatan sehat sampai pada Desa
sehat yang seterusnya didukung oleh sendi-sendi terkecil dari masyarakat yaitu
keluarga yang sehat. Kesemuannya ini sesuai dengan dasar pembangunan Nasional
yang senantiasa ingin menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang produktif,
kreatif, dan sejahtera yang terwujud dalam suatu masyarakat madani (civil
society) dalam era Indonesia baru.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian
dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan
berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara
menyeluruh. Tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum
dari tujuan nasional. Untuk mencapai tujuan itu perlu dikerahkan dan menggali
segala potensi yang ada di masyarakat.
Kesehatan merupakan hal
yang sangat mendasar dan merupakan salah satu faktor utama yang paling
penting bagi kehidupan manusia. Sebagai kebutuhan sekaligus hak
dasar, kesehatan harus menjadi milik setiap orang dimanapun ia berada. Hal ini
dapat dicapai melalui peran aktif masyarakat untuk senantiasa menciptakan
lingkungan serta perilaku sehat agar dapat hidup secara produktif. Karena
lingkungan yang buruk disertai rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk
berperilaku sehat dapat menjadikannya sebagai kawasan yang rawan akan
penyebaran penyakit. Namun perlu diingat bahwa masalah kesehatan bukan hanya
ketika mereka sudah sakit saja.
Program Studi
Kesehatan Masyarakat Universitas Dayanu Ikhsanudin (UNIDAYAN) Baubau, yang merupakan
sebuah institusi pendidikan
dimana didalamnya terdapat fakultas kesehatan masyarakat, mempunyai
komitmen moral untuk mendukung pencapaian Indonesia Sehat 2010 melalui
pembelajaran di masyarakat berupa kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL)
untuk mengetahui sejauh mana tingkat kesehatan di suatu masyarakat.
Mata kuliah
pengalaman belajar lapangan (PBL) termasuk dalam kelompok Mata Kuliah Keahlian
Berkarya disingkat MKB yang bertujuan untuk menghasilkan tenaga ahli dengan
kekaryaan dan berdasarkan dasar ilmu dan keterampilan kesehatan masyarakat yang
dimiliki. Mata kuliah ini memperkuat penguasaan dan memperluas wawasan
kompetensi keahlian dalam berkarya di masyarakat sesuai dengan keunggulan
kompetitif serta komparatif penyelenggaraan program studi kesehatan masyarakat.
Pengalaman
Belajar Lapangan yang biasa disingkat PBL merupakan proses belajar untuk
mendapatkan kemampuan profesional kesehatan masyarakat, yaitu menerapkan diagnosa
komunitas yang intinya mengenali, mengembangkan program penanganan masalah
kesehatan masyarakat yang bersifat promotif dan preventif, bertindak sebagai
manajer madya yang dapat berfungsi sebagai pelaksana, pengelolah, pendidikan
dan peneliti, melakukan pendekatan pada masyarakat dan bekerja dalam tim
multidisipliner.
Kegiatan PBL
dilakukan dengan melibatkan pemerintah desa dan masyarakat setempat yang
berorientasi langsung pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat seperti
dinas kesehatan kabupaten/kota maupun institusi yang dapat memberi kontribusi
dalam bidang kesehatan, misalnya Puskesmas dan posyandu. PBL ini terdiri
dari 3 tahapan mengikuti siklus perencanaan dan evaluasi yaitu PBL I, PBL II,
dan kegiatan PBL III. Kegiatan PBL I berisi kegiatan berupa pengumpulan data di setiap rumah
untuk memperoleh informasi mengenai masalah-masalah kesehatan ataupun masalah
lain yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat di lingkungan
tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan analisis masalah dimasyarakat (community
diagnosis). Kegiatan yang dilakukan tersebut merupakan inti
dari PBL berikutnya karena merupakan pondasi awal di dalam menyusun program
berikutnya. Kegagalan atau ketidaksinambungan kegiatan PBL I akan mencerminkan
pelaksanaan PBL II dan PBL III. Selanjutnya, PBL II menitikberatkan pada
penentuan prioritas masalah serta pelaksanaan program intervensi terhadap
masalah-masalah kesehatan yang menjadi prioritas masalah di lingkungan pada saat PBL I sedangkan PBL III berisi kegiatan evaluasi
terhadap
hasil kegiatan yang telah dilakukan pada saat PBL II dan melakukan
perbaikan-perbaikan jika dianggap perlu.
Dalam kegiatan
PBL I sebelumnya, kami selaku mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Dayanu
Ikhsanudin Baubau telah mengidentifikasi permasalahan kesehatan masyarakat
pada tiap
dusun yaitu dusun I Banauwe I, dusun II Banauwe II, dusun III Karya Bugi dan
dusun IV Barabaa, Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton. Beberapa
permasalahan kesehatan tersebut diantaranya mengenai tempat pembuangan sampah dan mengenai
SPAL yang merupakan prioritas masalah dengan melalui perengkingan, maka dari
perengkingan tersebut, maka muncul prioritas masalah yang akan diitervensi pada
PBL II nantinya. Berdasarkan data yang didapatkan pada PBL I, maka pada
PBL II ini kami berharap mampu
merencanakan dan melaksanakan kegiatan intervensi kesehatan masyarakat untuk
menyelesaikan masalah-masalah kesehatan serta meningkatkan kesehatan masyarakat
di Desa Warinta
Kecamatan
Pasarwajo Kabupaten Buton.
Prioritas masalah yang akan
diintervensi pada PBL II adalah pembuatan lubang sampah dimana dilakukan pada
dusun banauwe I. Program intervensi yang kami lakukan adalah dua jenis yakni
intervensi fisik dan non fisik.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya,
kegiatan PBL II merupakan kelanjutan dari PBL I yang telah kami adakan, di
tahap ini mahasiswa diharapkan mampu mengembangkan kemampuannya dalam
bersosialisasi dengan masyarakat dan kemampuann untuk dapat memberikan
pemecahan terhadap prioritas masalah yang telah ditentukan pada PBL I, sehingga
masyarakat dapat mengetahui masalah-masalah yang ada di lokasi PBL serta mampu
menyelesaikan masalah yang mereka hadapi.
Setelah enam bulan, kami akan kembali
melakukan PBL III di tempat yang sama dengan tujuan untuk mengevaluasi
kegiatan-kegiatan intervensi yang telah kami lakukan, apakah berhasil atau
tidak, semua disesuaikan dengan indikator keberhasilan yang telah kami tetapkan
pada Plan of Action. Demikianlah beberapa gambaran umum dari laporan kami,
untuk lebih jelasnya kita dapat memperhatikan uraian hasil kegiatan PBL II kami
pada laporan ini.
Kemampuan profesional kesehatan masyarakat meliputi :
1. Menerapkan diagnosa
kesehatan melalui komunikasi yang intinya mengenali, merumuskan dan menyusun prioritas
masalah kesehatan masyarakat.
2. Mengembangkan program penanganan masalah
kesehatan masyarakat yang bersifat promotif dan preventif.
3. Bertindak sebagai manajer yang dapat
berfungsi sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti.
4. Melakukan pendekatan pada masyarakat.
5. Bekerja dalam tim multidisipliner.
Peranan tersebut perlu didukung oleh pengetahuan yang
mendalam tentang masyarakat. Pengetahuan ini antara lain mencakup kebutuhan dan
permintaan, sumber daya yang bisa dimanfaatkan, angka-angka kependudukan, dan
cakupan program serta bentuk-bentuk kerjasama yang digalang. Dalam hal ini
diperlukan tiga data penting yaitu:
1. Data umum (Demografi)
2. Data kesehatan
3. Data yang berhubungan
dengan kesehatan.
Ketiga data ini harus dianalisis dan didiagnosis.
Kesehatan masyarakat memerlukan pengelolaan mekanisme yang panjang dan proses
penalaran dalam analisanya. Melalui PBL ini pengetahuan tersebut bisa diperoleh
dengan sempurna.
B. Tujuan PBL
Adapun
tujuan dari pelaksanaan PBL yaitu
- Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan
analisis situasi melalui identifikasi, merumuskan dan memecahkan serta
mengevaluasi masalah kesehatan masyarakat.
2. Tujuan Khusus:
Adapun
tujuan khusus kegiatan ini adalah:
a. Mahasiswa mampu menganalisis permasalahan
yang ada di masyarakat bersama-sama dengan anggota masyarakat.
b. Mahasiswa dapat menentukan prioritas masalah
dan merumuskan bentuk solusinya bersama dengan anggota masyarakat.
c. Mahasiswa mampu menganalisis faktor penyebab
masalah (root cause analysis) yang dituangkan dalam bentuk pohon masalah
dan dirumuskan bersama dengan masyarakat.
C. Manfaat PBL
Kegiatan PBL ini diharapkan dapat
menjadi bahan informasi bagi instansi yang terkait pada umumnya dan pemerintah
desa Warinta pada khususnya Dusun Banauwe I, Dusun Banauwe II, Dusun Karya Bugi
dan Dusun Barabaa dalam meningkatkan derajat kesehatan.
a.
Manfaat
bagi Mahasiswa:
Kegiatan
PBL ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam
mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan di bangku perkuliahan.
Adapun manfaat yang diperoleh dari PBL
II ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
menganalisis masalah kesehatan masyarakat.
2. Membantu
masyarakat dalam pemecahan masalah yang dihadapi.
3. Menumbuhkan
kesadaran pada masyarakat akan pentingnya kesehatan, baik kesehatan jasmani
maupun rohani.
4. Mengaktifkan
pera serta masyarakat dalam kegiatan kesehatan.
5.
Mahasiswa dapat
bekerjasama secara tim dalam berbagai kegiatan kelompok.
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI
A. Keadaan Geografi dan
Demografi
- Keadaan Geografis
Desa Warinta merupakan desa yang
terletak di Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton, dimana desa Warinta ini
merupakan daerah pegunungan dengan luas wilayah yang terdiri dari 4 dusun yaitu
dusun Banauwe 2 adalah dusun 1, Banauwe 1 adalah dusun 2, Karya Bugi adalah dusun 3 dan Baraba’a adalah dusun 4.
Dari sudut geografis, Desa Warinta memiliki batas wilayah sebagai berikut:
1.
Sebelah Utara berbatasan
dengan Hutan Lambusango
2.
Sebelah Selatan
berbatasan dengan Desa Lapandewa
3.
Sebelah Timur berbatasan
dengan Desa Lapodi
4.
Sebelah Barat berbatasan
dengan Desa Waangu-angu
Kondisi
geografis merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan suatu wilayah, termaksud faktor-faktor yang bisa mempengaruhi
tingkat derajat kesehatan masyarakat. Letak geografis sangat menentukan
terhadap potensi terjadinya masalah kesehatan pada masyarakat dalam suatu
wilayah.
- Keadaan Demografi
Salah satu komponen
terbentuknya suatu daerah adalah penduduk. Adapun jumlah penduduk yang terdapat pada Desa Warinta
berdasarkan data sekunder yang kami peroleh adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Keadaan Penduduk menurut Jenis Kelamin dan
Jumlah Kepala
Keluarga Desa Warinta
Kec.Pasar
Wajo Kab.Buton
Tahun 2011
Jumlah Laki-laki
|
736 orang
|
Jumlah Perempuan
|
667 orang
|
Jumlah
Total
|
1403
orang
|
Jumlah Kepala Keluarga
|
324 orang
|
Sumber : Data Sekunder Desa
Warinta 2011
B. Keadaan Sosial Budaya
Penduduk Desa Warinta sebagian besar adalah
penduduk suku Cia-Cia. Penduduk Desa Warinta seluruhnya memeluk agama Islam dan
berdasarkan hasil peninjauan lokasi ada 3 mesjid terdapat di Desa Warinta sebagai
sarana untuk beribadah masyarakat setempat.
Bentuk rumah penduduk di Desa Warinta sebagian
besar adalah rumah Permanen yang kebanyakan adalah bangunan model lama, tapi ada
juga rumah Panggung dan semi Permanen. Penduduk Desa Warinta masih memegang teguh
adat istiadat setempat, seperti upacara adat, perayaan keagamaan,
kepercayaan-kepercayaan (pamali), perlakuan-perlakuan khusus terhadap ibu hamil
dan bayi.
Faktor
sosial budaya turut berpengaruh terhadap kehidupan dan kesehatan masyarakat di
Desa Warinta, oleh karena itu faktor sosial budaya sangat penting untuk
diperhatikan demi meningkatkan status derajat kesehatan.
Faktor-faktor tersebut diantaranya kepercayaan, tradisi, keyakinan, norma
serta sistem nilai yang masih terpelihara dalam suatu masyarakat. Dan keadaan sosial budaya di Desa Warinta masih sangat
kental kultur budayanya.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa status sosial budaya disuatu daerah
secara perlahan–lahan akan bergeser akibat adanya pengetahuan baru dan semakin
tingginya tingkat pendidikan masyarakat.
Dalam bidang agama, masyarakat Desa Warinta sebagian besar menganut agama
islam. Sedangkan mata pencaharian di Desa Warinta adalah petani, Pedagang,
wiraswasta. Untuk mengetahui lebih jelas tentang mata pencaharian penduduk Desa
Warinta, dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2 Distribusi Responden
Berdasarkan Pekerjaan
Desa Warinta Kec. Pasarwajo Kab. Buton
Tahun 2013
No
|
Pekerjaan
|
DUSUN
|
JMLH
|
||||||||
Banauwe 2
|
Banauwe 1
|
Karya Bugi
|
Baraba’a
|
||||||||
N
|
%
|
N
|
%
|
N
|
%
|
N
|
%
|
N
|
%
|
||
1
|
Petani
|
72
|
26.5
|
36
|
27.5
|
45
|
26.8
|
49
|
23.1
|
202
|
25.8
|
2
|
Petani Penggarap
|
||||||||||
3
|
Pedagang/Penjual
|
5
|
1.8
|
2
|
1.5
|
4
|
2.4
|
5
|
2.4
|
16
|
2
|
4
|
Buruh Harian
|
2
|
0.9
|
2
|
0.3
|
||||||
5
|
PNS/TNI/Polri
|
6
|
2.2
|
1
|
0.6
|
7
|
0.9
|
||||
6
|
Peg. Swasta
|
3
|
2.3
|
2
|
1.2
|
5
|
0.6
|
||||
7
|
Tukang
|
4
|
1.5
|
3
|
2.3
|
1
|
0.6
|
3
|
1.4
|
11
|
1.4
|
8
|
Becak/Gerobak
|
1
|
0.6
|
1
|
0.1
|
||||||
9
|
Sopir
|
||||||||||
10
|
Tukang Kayu
|
||||||||||
11
|
Nelayan
|
||||||||||
12
|
Pengrajin
|
||||||||||
13
|
Wiraswasta
|
7
|
2.6
|
6
|
4.6
|
14
|
8.3
|
10
|
4.7
|
37
|
4.7
|
14
|
Ibu Rumah Tangga
|
18
|
6.6
|
9
|
6.9
|
13
|
7.7
|
16
|
7.5
|
56
|
7.2
|
15
|
Tidak Bekerja
|
25
|
9.2
|
10
|
7.6
|
4
|
2.4
|
5
|
2.4
|
44
|
5.6
|
16
|
Belum Bekerja
|
135
|
49.6
|
62
|
47.3
|
83
|
49.4
|
122
|
57.6
|
402
|
51.4
|
Jumlah
|
272
|
100
|
131
|
100
|
168
|
100
|
212
|
100
|
783
|
100
|
Sumber: Data Primer
2013
C.
DERAJAT KESEHATAN
MASYARAKAT
a.
Sarana Kesehatan
Fasilitas umum yang mendukung pada kesehatan masyarakat Desa Warinta
Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton adalah1 (satu)
bangunan Puskesdes
terletak diperbatasan antara dusun Banauwe 1 dan Banauwe 2 Puskesdes tersebut merupakan Puskesdes pembantu
dengan wilayah kerja Desa Warinta dan 1 (satu) gedung posyandu yang terletak di dusun Karya Bugi.
Faslitaskesehatan inilah yang merupakan tempat bagi masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan.Ini dapat dilihat dari data penyakit yang paling dominan
pada Puskesdes Desa Warinta selama tahun 2012. Dengan data sebagai berikut :
Tabel 2.3.
Keadaan Penyakit pada Desa Warinta Kecamatan Pasarwajo Kab. Buton
Tahun 2013
No
|
Nama penyakit
|
jumlah
|
1
|
ISPA
|
140 orang
|
2
|
Diare
|
15 orang
|
3
|
Dermatitis
|
35 orang
|
4
|
Asma
|
6 orang
|
Data Sekunder Desa
Warinta 2012
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Kegiatan
1. Prioritas dan Indikator
Masalah
Kondisi masyarakat yang beraneka ragam dan perilaku yang
berbeda menyebabkan makin kompleksnya masalah kesehatan yang muncul dalam satu
kelompok masyarakat, sehingga upaya untuk menanggulangi hal tersebut haruslah
secara bertahap berdasarkan prioritas masalah yang ada dan telah ditentukan
berdasarkan base line data pada PBL I. Selain itu, dalam menentukan prioritas
masalah dan intervensi di Desa Warinta ditunjang juga oleh hasil musyawarah
yang dilakukan bersama dengan tokoh-tokoh masyarakat di Desa Warinta.
Adapun
rumusan indikator masalah di Desa Warinta yang kami ajukan yaitu:
1.
Masalah
Kesehatan Lingkungan
a. Masalah Tempat
Pembuangan Sampah
Setelah melakukan
pendataan dan observasi langsung saat PBL I, maka diperoleh data bahwa
dominan warga yang ada di Desa Warinta membuang sampah mereka di sekitar rumah
atau di kebun yang tidak jauh dari rumahnya, hal ini tentunya akan menimbulkan
efek negatif terhadap manusia dan lingkunan sekitar, selain itu mereka tidak
memisahkan sampah kering dan sampah basah, biasanya mereka juga membakar sampah
di sekitar rumah setelah sampah dikumpulkan
Tabel 3.1 Distribusi Responden
Berdasarkan Tempat
Pembuangan Sampah Desa Warinta
Kec. Pasarwajo Kab.
ButonTahun 2013
No
|
Pembuangan Sampah
|
Dusun
|
Jumlah
|
||||||||
Banauwe 2
|
Banauwe 1
|
Karya Bugi
|
Baraba’a
|
||||||||
N
|
%
|
N
|
%
|
n
|
%
|
N
|
%
|
N
|
%
|
||
1
|
Dibakar
|
27
|
45.8
|
10
|
35.7
|
5
|
15.2
|
6
|
12.8
|
48
|
28.7
|
2
|
Ditimbun
|
2
|
4.3
|
2
|
1.2
|
||||||
3
|
Semak
|
20
|
33.9
|
14
|
50
|
17
|
51.5
|
23
|
48.9
|
74
|
44.3
|
4
|
Sekitar Rumah
|
12
|
20.3
|
4
|
14.3
|
11
|
33.3
|
16
|
34
|
43
|
25.8
|
Jumlah
|
59
|
100
|
28
|
100
|
33
|
100
|
47
|
100
|
167
|
100
|
Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan
tabel diatas menunjukkan pembuangan sampah masyarakat Desa Warinta
dikumpul/dibakar sebanyak 48 KK (28.7%), dikumpulkan/ditimbun sebanyak 2 KK
(1.2%), dibuang di semak sebanyak 74 KK (44.3%) dan disekitar rumah sebanyak 43
KK (25.8%).
Dari data diatas nilai yang terbanyak adalah kebiasaan
masyarakat membuat sampah disemak sebanyak 74KK atau 44.3%. dan dibakar
sebanyak 48 KK atau 28.7%. Namun, pembakaran tersebut sedikit banyak
dapat memberikan dampak yang buruk bagi kesehatan yaitu dapat menimbulkan
ISPA sedangkan sampah yang dibuang disemak dapat menyebabkan tempat
berkembangnya agen penyakit. Dengan hal ini, diperlukan solusi lain untuk
pengelolaan sampah tersebut agar sampah kemudian tidak kembali menimbulkan
penyakit namun dapat diolah dan digunakan kembali untuk keperluan tertentu.
Berdasarkan
indikator masalah pada PBL I, beberapa di antaranya kami jadikan sebuah
prioritas masalah atau masalah utama yang kemudian akan diberikan tindak lanjut
atau intervensi.
2. Plan of Action
Plan
Of Action (POA) adalah rumusan rencana kegiatan yang akan diadakan terkait
prioritas masalah yang telah disepakati bersama pemerintah desa setempat.
Demikian halnya dengan POA yang kami buat, yaitu mencakup semua rencana kegiatan,
dalam hal ini adalah rencana kegiatan intervensi yang kami laksanakan di PBL
II. Adapun Intervensi yang kami lakukan terdiri dari dua bentuk, yaitu
intervensi fisik dan intervensi non fisik. Intervensi fisik dilakukan dengan
memberikan contoh fisik secara langsung kepada masyarakat seperti pembuatan lubang
sampah percontohan.
Adapun
POA yang kami buat adalah mencakup jenis kegiatan, tujuan, sasaran,
biaya/sumber, waktu, tempat, penanggung jawab, dan indikator keberhasilan dari
tiap rencana kegiatan intervensi yang akan kami lakukan (point-point dari POA
kelompok kami, secara lengkap dapat dilihat pada lampiran laporan ini).
Setiap
intervensi yang kami lakukan memiliki tujuan yang bervariasi tergantung pada
masing-masing pokok masalah intervensi yang kami berikan. Demikian pula pada
sasaran kegiatan yang meliputi tokoh masyarakat, Ibu-ibu Tim Penggerak PKK dan Ibu-ibu
warga Desa Warinta, Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton.
Waktu
dan tempat pelaksanaan intervensi ditentukan dengan kesepakatan kami bersama
beberapa pihak seperti pemerintah desa setempat. Adapun indikator keberhasilan
telah kami tetapkan berdasarkan tujuan intervensi dari masing-masing prioritas
masalah.
B.
Pembahasan
1.
Prioritas Masalah
a.
Tempat Pembuangan Sampah
Sampah memang tak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari, sebab dalam memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari manusia akan mengeluarkan produk sisa berupa sampah
seperti sampah dari bungkusan makanan atau alat keperluan sehari-hari lainnya,
terutama sampah dapur yang hampir setiap hari ada. Karenanya, sampah-sampah
tersebut harus ditempatkan pada tempatnya dan diolah sebagaimana mestinya agar
dapat dimanfaatkan kembali atau tidak merugikan masyarakat.
Akan tetapi
berdasarkan pendataan dan observasi kami di PBL I, ternyata dominan warga di Desa Warinta membuang
sampah mereka di sekitar rumah atau di kebun, termasuk tidak memisahkan antara
sampah basah dan sampah kering, hal ini tentunya lebih mempermudah timbulnya
penyakit dan merusak pandangan. Data tempat pembuangan sampah pada desa warinta
sebagai berikut:
Tabel3.2 Distribusi Responden
Berdasarkan Tempat
Pembuangan Sampah Desa Warinta
Kec. Pasarwajo Kab.
ButonTahun 2013
No
|
Pembuangan Sampah
|
Dusun
|
Jumlah
|
||||||||
Banauwe 2
|
Banauwe 1
|
Karya Bugi
|
Baraba’a
|
||||||||
N
|
%
|
N
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
N
|
%
|
||
1
|
Dibakar
|
27
|
45.8
|
10
|
35.7
|
5
|
15.2
|
6
|
12.8
|
48
|
28.7
|
2
|
Ditimbun
|
2
|
4.3
|
2
|
1.2
|
||||||
3
|
Semak
|
20
|
33.9
|
14
|
50
|
17
|
51.5
|
23
|
48.9
|
74
|
44.3
|
4
|
SekitarRumah
|
12
|
20.3
|
4
|
14.3
|
11
|
33.3
|
16
|
34
|
43
|
25.8
|
Jumlah
|
59
|
100
|
28
|
100
|
33
|
100
|
47
|
100
|
167
|
100
|
Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan
tabel diatas menunjukkan pembuangan sampah masyarakat Desa Warinta
dikumpul/dibakar sebanyak 48 KK (28.7%), dikumpulkan/ditimbun sebanyak 2 KK
(1.2%), dibuang di semak/sawah sebanyak 74 KK (44.3%) dan disekitar rumah
sebanyak 43 KK (25.8%)
Berdasarkan
hal inilah kami selanjutnya menjadikan masalah tempat pembuangan sampah
sebagai salah satu prioritas masalah. Bentuk intervensi yang kami lakukan untuk masalah ini
adalah intervensi fisik dan non fisik. Intervensi fisik yang kami lakukan
adalah dengan membuat lubang sampah percontohan.
1.
Alternatif Pemecahan Masalah
Adapun
kegiatan yang kami lakukan pada PBL II
antara lain :
a)
Kegiatan Intervensi Fisik
Dalam Pembuatan lubang sampah percontohan yang
kami lalukan, akan dilaksanakan pada :
1.
Hari/Tanggal : Rabu / 05 Februari 2014
2.
Tempat : Kantor Desadan Di Rumah warga
3.
Bahan Dan Alat :
a. Bahan :
ü kayu
b. Alat :
ü Cangkul
ü Linggis
ü Parang
ü Skop
4. Proses pembuatan Lubang Sampah percontohan :
5. Keuntungan :
Mudah di buat.
6. Manfaat Pembuatan Lubang Sampah :
a. Sampah tidak berserakan kemana-mana, sehingga tidak menimbulkan lingkungan
yang kotor dan merusak pandangan
b. Menghilangkan sarang nyamuk, mencegah berkembangbiaknya lalat, nyamuk dan
serangga.
c. Menghindari tersebarnya cacing pita pada permukaan tanah.
d. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu
( Daud,A.,dan Anwar, 2007)
7. Dampak dari tidak menggunakan Lubang Sampah yaitu :
Sampah
merupakan masalah yang tak pernah terselesaikan hingga saat ini. Apabila di tinjau dari segi kesehatan dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit seperti Malaria, Diare, Kolera, Ispa Dan
Cacingan sedangkan di tinjau dari lingkungannya dapat menimbulkan bau yang
mengganggu serta dapat menjadi sarang nyamuk.(Notoatmojo, Soekidjo,2007)
Pembuatan Lubang Sampah
percontohan yang dibangun di rumah salah satu tokoh masyarakat dalam hal ini adalah
Kepala Desa Warinta dimana pembuatannya tidak menggunakan anggaran. Lubang Sampah percontohan ini menjadi bahan acuan
untuk dipraktekkan dan diterapkan pada masing–masing warga dirumah tempat
tinggalnya kedepan.
Metode pelaksanaan
intervensi (fisik) di Desa Warinta adalah metode partisipasi penuh. Metode partisipasi
penuh ini adalah metode yang melibatkan masyarakat secara aktif baik swadaya maupun swadana dalam
pelaksanaan intervensi. Tujuan dari pelaksanaan
intervensi ini adalah mengurangi besarnya masalah dan meningkatkan derajat
hidup sehat masyarakat setempat melalui intervensi fisik maupun non fisik
dengan mengubah perilaku masyarakat melalui kegiatan penyuluhan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan dan dampak
kesehatan yang disebabkan oleh masalah kesehatan tersebut.
b)
Kegiatan Intervensi non fisik
ü
Penyuluhan
tentangLubang Sampah
Penyuluhan tentang manfaat dan dampak tidak menggunakan
Lubang Sampah ini dilakukan mahasiswa kepada ibu-ibu PKK
pada hari Selasa tanggal 4 Februari 2014 di Sanggar PKK di harapkan agar
masyarakat mengetahui dampak apabila tidak menggunakan membuang sampah pada
tempatnya salah satunya Lubang Sampah dan manfaat Lubang Sampah yang memenuhi syarat
kesehatan untuk menghindari berbagai macam bibit penyakit. Dalam penyuluhan ini
dijelaskan tentang Manfaat dan dampak tidak membuang sampah pada tempat yang
telah disediakan khusunya Lubang Sampah yang merupakan tempat pembuangan sampah
percontohan.
C.
Faktor Pendukung Dan Penghambat
Kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL)
II ini
dilaksanakan di Desa Warinta dimana kegiatan ini berlangsung selama 2 minggu
sejak tanggal 30 Januarii – 12 Februari 2014. Tentunya dalam kegiatan ini tidak
lepas dari faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung kami dalam
pelaksanaan kegiatan PBL II ini terutama pada kegiatan intervensi dan kegiatan
tambahan kami lainnya adalah sebagai berikut:
1. Faktor Pendukung
a) Adanya dorongan bimbingan dari Dosen pembimbing PBL II Desa Warinta
b) Keterbukaan dan keramahan dari Kepala Desa Warinta dan perangkatnya terhadap
mahasiswa PBL
c) Kesediaan pemerintah setempat yang memudahkan dalam pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah
serta keterlaksanaan proses intervensi
d) Kekompakan dan kerjasama dari sesame mahasiswa PBL II
2. Faktor Penghambat
Adanya keterbatasan yang
dimiliki oleh mahasiswa dalam segi bahasa maupun segi materi
yang berbentuk swadana. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pembuatan lubang
sampah.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Untuk mengatasi prioritas
Masalah pada PBL I maka pada PBL II ini diadakan
program intervensi berupa :
1.
Kegiatan Intervensi
Fisik
ü
Pembuatan Lubang Sampah
percontohan
2. Kegiatan Intervensi Non fisik
ü
Penyuluhan tentang manfaat
dan dampak tidak menggunakan Lubang Sampah Intervensi ini berjalan lancar selama
2 hari sejak Senin 04 Februari sampai Selasa 05 Februari oleh mahasiswa kepada Ibu
PKK kader desa.
B.
Saran
Berdasarkan kegiatan PBL II yang kami
lakukan, kami menyarankan kepada masyarakat sebagai berikut:
1. Dengan adanya Lubang Sampah percontohan di Kantor Desa dan di Rumah Warga
di harapkan agar setiap masyarakat dapat meningkatkan jumlah lubang atau tempat
Sampah di tiap-tiap rumah.
2. Dengan penyuluhan tentang Sampah dapat meningkatkan atau merubah perilaku
anak bahkan masyarakat pada umumnya dalam membuang sampah.
3. Kepada petugas kesehatan agar dapat meningkatkan penyuluhan kesehatan di
masyarakat khususnya tentang pentingnya menjaga kebersihan.
4. Diharapkan partisipasi masyarakat dalam berperilaku bersih dengan meningkatkan
sanitasi rumah dan lingkungan sebagai upaya dalam menurunkan atau menekan insiden
beberapa penyakit.
5. Diharapkan partisipasi keluarga untuk menjaga kebersihan lingkungan untuk
mengurangi angka kesakitan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar