Jumat, 03 Januari 2014

KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI

KONSELING

Konseling adalah proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan paduan keterampilan komunikasi interpersonal, tekhnik bimbingan dan penguasaan pengetahauan klinik. bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar atau upaya untuk mengatasi masalah tersebut.

TUJUAN

Tujuan konseling kesehatan reproduksi adalah:
1. membantu pasien untuk memahami peristiwa kehamilan, persalinan, nifas dan resiko yang mungkin dihadapi sehingga dapat dilakukan upaya preventif terhadap hal-hal yang tidak diinginkan.
2. membantu pasien dan keluarganya untuk menentukan kebutuhan asuhan kehamilan, pertolongan persalinan yang bersih dan aman atau tindkan klinik yang mungkin diperlukan.
3. membantu pasien atau klien untuk membuat pilihan salah satu metode kontrasepsi yang memenuhi kondisi kesehatan dan sesuai dengan keinginan mereka.
4. membantu pasien untuk mengenali gejala dan tanda-tanda tentang akan terjadinya suatu resiko reproduksi dan fasilitasi pelayanan kesehatan yang sesuai atau mampu menanggulangi berbagai resiko atau komplikasi yang terjadi.

konseling tidak hanya merupakan bimbingan untuk memilih metode kontrasepsi bagi klien tetapi juga berkaitan dengan :
1. hak klien untuk memperoleh informasi.
2. indikator mutu pelayanan.
3.membantu klien dalam menentukan pilihan.
4. memahami kondisi yang dihadapi oleh klien.
5. memberikan rasa puas pada klien.

dari aspek pengungkapan dan pertukaran informasi, komunikasi digolongkan menjadi 2 bentuk, yaitu :

Komunikasi Verbal
1. pertukaran informasi terjadi secara interaksi medengarkan lawan bicara atau sebaliknya.
2. kontak mata sangat membantu kelancaran komunikasi.
3. pengamatan bahasa dan gaya bicara.
4. berlangsung dua arah atau timbal balik.
5. pemahaman dan penyerpan informasi, berlangsung relatif cepat dan baik.

Komunikasi Non-verbal
1. melalui observasi dari gerak-gerak, ekspresi, gerak tubuh dan isyarat.
2. sulit untuk menyelami maksud dan perasaan klien.
3. sering terjadi salah presepsi.
4. konselor lebih banyak mengambil inisiatif.
5. komunikasi terganggu apabila kedua belah pihak tidak mengupayakan komunikasi verbal.














Tidak ada komentar: