A.
Latar
Belakang
Pembangunan
mempunyai pengertian dinamis, maka tidak boleh dilihat dari konsep yang statis.
Pembangunan juga mengandung orientasi dan kegiatan yang tanpa akhir. Proses
pembangunan merupakan suatu perubahan sosial budaya. Pembangunan menunjukkan
terjadinya suatu proses maju berdasarkan kekuatan sendiri, tergantung kepada
manusia dan struktur sosialnya. Pembangunan tidak bersifat top-down, tetapi
tergantung dengan “innerwill”, proses emansipasi diri. Dengan demikian,
partisipasi aktif dan kreatif dalam proses pembangunan hanya mungkin bila
terjadi karena proses pendewasaan.
Pembangunan,
dalam arti proses, diartikan sebagai modernisasi yakni pergerakan dari
masyarakat pertanian berbudaya tradisional ke arah ekonomi yang berfokus pada
rasional, industri, dan jasa. Untuk menekankan sifat alami ‘pembangunan’
sebagai sebuah proses, Rostow seorang
ahli sejarah melihat “pembangunan” sebagai proses yang bergerak dalam sebuah
garis lurus, yakni dari masyarakat terbelakang ke masyarakat maju (Todaro 1994
: 64) proses pembangunan di bagi dalam 5 tahap, yaitu : 1. Tahapan
Tradisional; 2. Tahapan
transisional; 3. Tahapan Lepas Landas;
4. Tahapan Awal menuju Kematangan Ekonomi; 5. Tahapan Produksi dan konsumsi
Massal.
Namun,secara
tegas di kemukakan servaes dalam keatas(2004) bahwa pembangunan tidak hanya
suatu proses saja tetapi proses yang menghasilkan suatu perubahan ,dengan cara
meningkatkan semua aspek hidup masyarakat,sehingga pembangunan harus di pandang
sebagai suatu proses multi-dimensional,dimana terjadi perubahan utama dalam
struktur ,sikap dan suatu kondisi kehidupan nasional dari hidup yang tidak
memuaskan ke memuaskan .
B.
Analisis
pertumbuhan desa Barangka ditinjau dari 5 tahap utama pertumbuhan
1. Masyarakat
tradisonal. Ciri khas masyarakat ini ialah keterikatan pada lingkungan dan
sistem kemasyarakatan bersifat Feodal
Pada tahap masyarakat tradisional ini,
masyarakat Desa Barangka masih mempunyai keterikatan terhadap lingkungan artinya
kelangsungan hidupnya masih tergantung pada hasil kebun. Dalam bertani pun masih
melakukan sistim bercocok tanam dengan berpindah-pindah dari lahan yang satu ke
lahan yang lain, bahkan cara mengelolah lahan pun masih menggunakan alat-alat
tradidional seperti parang dan tembilang. Pada masa ini belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi modern
yang digunakan untuk bercocok tanam.
Tahap tradisional ini, dan cara hidup masyarakat yang masih sangat
dipengaruhi oleh nilai-nilai yang kurang rasional, tetapi kebiasaan tersebut
telah turun temurun. Tingkat produktivitas masyarakat Barangka masih rendah,
artinya produksi yang dihasilkan dari bercocok tanam tersebut masih dalam tahap
pemenuhan kebutuhan hidup mereka. Oleh karena itu sebagian besar
sumberdaya masyarakat digunakan untuk kegiatan pertanian.. Dari hasil bertani mereka belum
mengenal uang, mereka hanya mengenal sistim barteran (tukar menukar dalam
bentuk barang dengan barang). Pada tahap ini pula,
masyarakat desa Barangka dalam bermasyarakat masih memandang kasta atau suku,
dan masih mempunyai kepercayaan terhadap hal-hal tahayul (banyak pamali) yang
ditinggalkan oleh nenek moyangnya. , kehidupan politiknya pun masih berada di tangan para tuan tanah
yang ada di daerah tersebut.
2. Tahap
transisional. Dalam masyarakat peralihan ini lahir kelas menengah yang
menguasai bisnis-perdagangan. Disamping itu muncul aktivitas sosial baru dibidang
transportasi dan modernisasi pertanian.
Pada tahap ini, masyarakat Desa Barangka
sudah menuju masa peralihan dari masa tradisional
ke masa transisi (perubahan). Suatu masa transisi di mana
masyarakat mempersiapkan dirinya untuk mencapai pertumbuhan atas kekuatan
sendiri. Dimana masyarakat sudah mempunyai
pengetahuan, tentang bercocok tanam yang baik dan menetap ke satu lahan untuk
dijadikan kebun, serta sudah mempunyai pengetahuan cara berdagang – berbisnis
bahkan muncul kelas-kelas menengah yang menguasai bisnis-perdagangan, sehingga
hasil pertanian dapat dijual. pada tahap ini dan sesudahnya
pertumbuhan ekonomi akan terjadi secara otomatis. Dengan seiringnya waktu masyarakat
desa Barangka sudah melakukan aktivitas baru dibidang transportasi dimana sudah
mengenal sepeda. Dalam bercocok tanam pun sudah
menggunakan alat modern untuk
membersihkan lahan pertanian seperti alat pemotong kayu. di
mana masyarakat Barangka tersebut
mencapai tahap tinggal landas tanpa harus merombak sistem masyarakat yang
tradisional.
3. Tahap
tinggal landas.
Ditandai oleh
peningkatan investasi dan pendapatan nyata masyarakat. Pada tahap ini terjadi
perubahan mendasar di bidang indiustri ( meluasnya peranan sektor industri
tunggal.
Pada awal
tahap ini terjadi perubahan yang drastis dalam masyarakat seperti revolusi
politik, terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi, atau berupa terbukanya pasar-pasar
baru. Masyarakat
sudah berani mendobrak penghalang-penghalang
bagi pertumbuhan perekonomian yang berkelanjutan. Penghalang-penghalang
disini adalah kebijakan (tidak memberikan izin usaha pada masyarakat) yang mau mendidirikan usaha. Dengan mendobrak
penghalang-penghalang tersebut masyarakat
dapat membuka usaha sehingga mampu berinvestasi. Dengan mendapatkan izin usaha
tersebut masyarakat sudah dapat menghasilkan barang atau jasa dimana ditandai dengan peningkatan investasi dan pendapatan nyata
masyarakat. Investasi yang semakin tinggi ini akan mempercepat
laju pertumbuhan pendapatan nasional dan melebihi tingkat pertumbuhan penduduk.
Dengan demikian tingkat pendapatan per kapita semakin besar.
4. Tahap
pemantapan (pendewasaan). Tahap ini digunakan teknologi tinggi. Sektor industri
mempengaruhi sektor-sektor lainnya. Tumbuhnya managemen professional.
Pada tahap ini, masyarakat Barangka
dalam mengolah barang dan jasa sudah menggunakan teknologi tinggi, artinya
masyarakat sudah mempunyai pengetahuan dan pemahaman tentang
pentingnya ilmu pengetahuan serta keahlian dalam suatu bidang tertentu untuk
menunjang keberhasilan sektor industri. Di mana
masyarakat sudah secara efektif menggunakan teknologi moderen pada hampir semua
kegiatan produksi, ditandai dalam sector pertanian
mengolah barang atau jasa sudah menggunakan alat teknologi tinggi.
Pada tahap ini sektor-sektor pemimpin baru akan muncul
menggantikan sektor-sektor pemimpin lama yang akan mengalami kemunduran.
Sektor-sektor pemimpin baru ini coraknya ditentukan oleh perkem¬bangan
teknologi, kekayaan alam, sifat-sifat dari tahap lepas landas yang terjadi, dan
juga oleh kebijaksanaan pemerintah. Oleh karena itu,
dibutukan manajemen yang perofesional dalam mengatur cara perekrutan atau
proses penerimaan tenaga kerja yang akan diterima nantinya sebagai tenaga kerja.
Tenaga kerja yang dipilih akan ditempatkan pada bagian yang memang sesuai
dengan kemampuan atau keahlian.
5. Tahap
komsumsi masa tinggi .
Ditandai oleh kemanpuan
masyarakat untuk berkembang secara mandiri.
Di tahap ini, masyarakat Barangka sudah
mempunyai kemampuan untuk berkembang secara mandiri. Dimana masyarakat Barangka
sudah mengolah sendiri baik hasil kebun maupun hasil hutan mereka, ini ditandai
sudah banyaknya masyarakat yang mempunyai usaha dalam penjualan hasil kebun
maupun hasil hutan mereka dimana dulunya untuk menjual hasil kebun ataupun
hasil hutan masih tergantung pada investor lain. Namun sekarang masyarakat
Barangka sudah melakukan sendiri dalam menjual hasil kebun dan hutan. Sehingga
pendapatan riil per kapita masyarakat meningkat mencapai tingkat konsumsi yang melampaui kebutuhan bahan
pangan dasar, sandang, dan pangan. Yang menyebabkan pendapatan nasional yang tinggi sehingga
dapat memenuhi tingkat konsumsi tinggi
masyarakat..
C.
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa masyrakat desa Barangka mengalami pertumbuhan dari tahun
ketahun. Dimana awalnya masyarakat masih mempunyai keterikatan terhadap
lingkungan artinya kelangsungan hidupnya masih tergantung pada hasil kebun.
Dalam bertani pun masih melakukan sistim bercocok tanam dengan berpindah-pindah
dari lahan yang satu ke lahan yang lain. Pada masa ini belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi modern
yang digunakan untuk bercocok tanam.
Cara hidup masyarakat pun masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
kurang rasional, yaitu kebiasaan-kebiasaan yang telah turun temurun. Bahkan
tingkat produktivitas masyarakat Barangka
masih rendah, artinya produksi yang dihasilkan
dari bercocok tanam tersebut masih dalam tahap pemenuhan kebutuhan hidup
mereka. Oleh karena itu sebagian besar sumberdaya masyarakat
digunakan untuk kegiatan pertanian. Masyarakat desa
Barangka dalam bermasyarakat masih memandang kasta atau suku, kehidupan
politiknya pun masih berada di tangan
para tuan tanah yang ada di daerah tersebut.
Tahap ini, masyarakat Desa Barangka sudah menuju
masa peralihan dari masa tradisional ke
masa transisi (perubahan). Pada masa ini masyarakat
telah mempersiapkan dirinya untuk mencapai pertumbuhan atas kekuatan sendiri. Dimana
masyarakat sudah mempunyai pengetahuan, tentang bercocok tanam yang baik dan
menetap ke satu lahan untuk dijadikan kebun, serta sudah mempunyai pengetahuan
cara berdagang – berbisnis bahkan muncul kelas-kelas menengah yang menguasai
bisnis-perdagangan, sehingga pertumbuhan ekonomi terjadi secara
otomatis. Dengan seiringnya waktu masyarakat
desa Barangka sudah melakukan aktivitas baru dibidang transportasi dimana sudah
mengenal sepeda. Dalam bercocok tanam pun sudah
menggunakan alat modern. Di mana masyarakat Barangka tersebut mencapai tahap
tinggal landas tanpa harus merombak sistem masyarakat yang tradisional.
Awal tahap ini terjadi perubahan yang drastis dalam masyarakat seperti revolusi politik,
terciptanya kemajuan yang pesat dalam
inovasi, atau berupa terbukanya pasar-pasar baru. Masyarakat sudah
berani mendobrak penghalang-penghalang
bagi pertumbuhan perekonomian yang berkelanjutan.
Penghalang-penghalang disini adalah kebijakan (tidak memberikan izin usaha pada
masyarakat) yang mau mendidirikan usaha.
Dengan mendobrak penghalang-penghalang tersebut
masyarakat dapat membuka usaha sehingga mampu berinvestasi. Investasi
yang semakin tinggi ini akan mempercepat laju pertumbuhan pendapatan nasional
dan melebihi tingkat pertumbuhan penduduk. Dengan demikian tingkat pendapatan
per kapita semakin besar.
Pada tahap ini, masyarakat Barangka telah mempunyai
pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya ilmu pengetahuan serta keahlian
dalam suatu bidang tertentu untuk menunjang keberhasilan sektor industry, dalam
hal ini mengolah barang dan jasa sudah
menggunakan teknologi tinggi, sehingga hampir semua kegiatan produksi, ditandai dalam
sektor pertanian mengolah barang atau jasa sudah
menggunakan alat teknologi tinggi. Oleh
karena itu, dibutukan manajemen yang perofesional dalam mengatur cara
perekrutan atau proses penerimaan tenaga kerja yang akan diterima nantinya
sebagai tenaga kerja. Tenaga kerja yang dipilih akan ditempatkan pada bagian
yang memang sesuai dengan kemampuan atau keahlian.
Pada tahap terakhir ini, masyarakat Barangka sudah
mempunyai kemampuan untuk berkembang secara mandiri. Dimana masyarakat Barangka
sudah mengolah sendiri baik hasil kebun maupun hasil hutan mereka. Dan sekarang
masyarakat Barangka sudah melakukan sendiri dalam menjual hasil kebun dan
hutan. Sehingga pendapatan riil per kapita masyarakat meningkat mencapai tingkat konsumsi yang melampaui kebutuhan bahan
pangan dasar, sandang, dan pangan. Yang menyebabkan pendapatan nasional yang tinggi sehingga
dapat memenuhi tingkat konsumsi tinggi
masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar